"Tentu ini menjadi bahan evaluasi kita mengenai bagaimana kursi roda ini bisa lebih mencukupi di tahun yang akan datang," kata Lukman di Mekkah, Jumat.
Dia mengatakan layanan kursi roda merupakan penting untuk membantu jamaah lanjut usia, namun penyediaannya bukan persoalan mudah karena membutuhkan dana dan sumber daya manusia yang banyak.
Setidaknya sekitar 60 persen dari 204 ribu anggota jamaah haji reguler Indonesia sudah berusia lanjut.
Dari pengamatan Antara, pengguna kursi roda umumnya mereka yang benar-benar tidak mampu berjalan kaki untuk menjalankan rangkaian ibadah haji.
Beberapa orang menggunakannya untuk mengitari Ka'bah (tawaf), sai dari Shofa ke Marwa, dan melempar jumrah. Mereka umumnya menggunakan jasa sewa yang ada di sekitar Tanah Suci.
Selain soal kursi roda, Lukman mengatakan, pemerintah juga mengevaluasi penyediaan layanan seperti tenda dan toilet untuk jamaah Indonesia saat berada di Mina untuk mabit. Selama berada di Mina, panjangnya antrean di toilet pada waktu-waktu tertentu kerap menjadi masalah.
"Ya, problem kita sebenarnya selalu Mina, karena tendanya terbatas dan itu di luar kewenangan pemerintah Indonesia. Karena yang bisa menambah tenda di Mina dan meningkatkan kualitas toilet-toilet yang ada itu hanya pemerintah Arab Saudi," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, fasilitas di Mina sangat sulit dikembangkan karena saat mabit di Mina jamaah harus berada di kawasan yang diperbolehkan menurut syariat yaitu di antara dua bukit yang menjadi penanda batas wilayah.
Kendati demikian, dia mengatakan, pemerintah Indonesia selalu berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi mengenai pengaturan dan pelayanan untuk jamaah di kawasan Mina.
"Kami sudah berupaya setiap tahun, meminta untuk membangun infrastruktur di Mina. Kami berharap pemerintah Arab Saudi dalam waktu yang tak terlalu lama bisa mewujudkan hal tersebut," katanya.
Baca juga:
Menag cek tenda roboh di Arafah
Menag monitor jamaah saat layanan katering disetop
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018