Yang dilaporkan saat ini sudah ada 130 perempuan yang melahirkan di pengungsian
Jakarta (ANTARA News) - Diperkirakan akan ada 4.000 kelahiran yang terjadi di dalam pengungsian akibat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Angka itu diungkapkan Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Situasi Darurat dan Kondisi Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nyimas Aliah di Jakarta, Jumat.
"Yang dilaporkan saat ini sudah ada 130 perempuan yang melahirkan di pengungsian," kata Nyimas dalam bincang-bincang bersama media yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Nyimas mengatakan kelahiran bayi-bayi di pengungsian itu harus diperhatikan oleh berbagai pihak seperti dimana akan melahirkan dan bagaimana proses kelahirannya.
Selain itu, bayi-bayi yang dilahirkan pengungsi juga harus diperhatikan akan tinggal di mana. Nyimas tidak bisa membayangkan bayi-bayi yang baru lahir itu harus tinggal di tenda-tenda pengungsian.
"Kami meminta para pegiat di lokasi bencana memperhatikan ibu hamil, ibu yang akan melahirkan dan bayi-bayi yang baru lahir itu," tuturnya.
Nyimas mengatakan jumlah korban yang mengungsi akibat gempa Lombok, sebagaimana dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencapai hampir 250 ribu. Pengungsi perempuan mencapai 173.276 orang.
Kebanyakan pengungsi adalah perempuan. BNPB sudah memilah pengungsi berdasarkan jenis kelamin.
Nyimas mengatakan pemilahan pengungsi harus dilakukan. Selain berdasarkan jenis kelamin, juga berdasarkan usia dan kondisinya.
"Karena ada kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak dan penyandang disabilitas," ujarnya.
Baca juga: Perempuan rawan kekerasan saat terjadi bencana
Baca juga: Relawan PMI meninggal saat tugas di Lombok
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018