Memphis, Tennessee (ANTARA News) - Ribuan penggemar Elvis Presley melakukan ziarah ke makam Raja Rock `n` Roll pada peringatan 30 tahun kematiannya, tanpa menghiraukan suhu udara yang mencapai lebih dari 40 derajat Celsius sehingga menyebabkan seorang peziarah meninggal dunia.
Beberapa ratus pecinta Elvis telah berkumpul sejak Rabu pagi, sehingga mereka menjadi pihak pertama yang mengunjungi makamnya di Memphis, Tennessee, untuk berjaga malam itu sambil menyalakan lilin.
Prosesi dimulai beberapa jam sebelum tengah malam, menjelang peringatan kematian Elvis pada 16 Agustus dalam usia 42 tahun, demikian menurut laporan DPA.
Makam Elvis terletak di sebuah taman dekat rumah besarnya, Graceland, yang telah dirubah menjadi sebuah museum bagi perintis rock itu, yang memulai karirnya pada 1954 dengan hitnya "That`s All Right" dan kemudian menjadi salah satu musisi paling laris sepanjang masa.
Meskipun begitu, seorang nenek berusia 67 tahun dari New Jersey ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya di bumi perkemahan dekat Graceland.
Seorang petugas kesehatan mengemukakan korban mengalami masalah kronis pada kesehatannya, dan udara yang kelewat panas menyebabkan kematiannya.
Sepanjang tahun, kuburannya selalu penuh bunga yang ditaruh pera penggemar setianya.
Saat acara penyalaan lilin berlangsung, temperatur mencapai 35 derajat Celsius, dan para petugas rumah sakit membagikan air minum untuk melindungi para peziarah agar tak mengalami dehidrasi.
Ikon budaya dan legenda
Penggemar setia seperti ini biasanya tumbuh di sekitar dan mengikuti seputar kehidupan Elvis, yang telah menjadi ikon budaya serta legenda musik. Ia menggabungkan berbagai irama, kulit putih dan kulit hitam, rock, country, blues dan gospel, menjadi suatu paduan musik yang mendobrak tembok penghalang rasial, sosial dan generasi serta memberikan inspirasi kepada para legenda musik yang akan muncul.
Sebelum ada Elvis, tak ada apa-apa, John Lennon pernah berujar.
Sebagai bocah kulit putih dari Selatan yang membawa musik kulit hitam ke arus utama, Elvis Presley membuat rock `n` roll menjadi bahasa pop internasional.
Ia bukan orang pertama yang memadukan country dengan blues, namun Elvis merupakan salah seorang yang mendobrak konservatisme sosial dan pemisahan rasial pada dekade 1950-an dan membuat anak-anak kulit putih menggoyangkan pinggul mereka.
Elvis mengubah cara orang berpikir tentang musik dan membuat tanda tak terhapuskan pada budaya Amerika.
"Tanya pada setiap orang. Jika bukan karena Elvis, saya tak tahu akan kemana musik populer," kata Elton John.
"Orang dipengaruhi olehnya apakah dia sadar atau tidak, kata James Henke, kepala kurator pada Rock and Roll Hall of Fame, dalam suatu wawancara, seperti dilansir AFP.
Daya tariknya mulai meredup saat band-band terkenal seperti The Beatles dan Rolling Stones lebih menarik banyak perhatian orang. Pada akhirnya, ia hampir sama sekali tak dapat menggoyangkan badannya di pentas.
Lagu terakhirnya, "Way Down", direkam di rumahnya pada Agustus 1977 dan beberapa hari kemudian dia meninggal dunia.
Kematiannya membuat penjualan rekamannya meningkat. Selama beberapa dekade, Elvis selalu berada di puncak dalam daftar pendapatan terbesar dari para pemusik yang sudah pulang ke alam baka.
Elvis akan tetap menjadi artis solo paling laris sepanjang masa dan karya-karyanya masih akan terus menghasilkan pemasukan sekitar 50 juta dolar setiap tahunnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007