Jakarta (ANTARA News) - Produsen smartphone China Xiaomi mencatat laba kuartal pertama sebesar 2,1 miliar dolar Amerika (sekitar Rp30,74 triliun) akibat meningkatnya penjualan smartphone dan hardware.
Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa Hong Kong pernah meraup 4,7 miliar dolar AS (sekitar Rp68,80 triliun) dalam penjualan saham perdana, namun harga saham Xiaomi menurun sejak itu.
Produsen smartphone itu mengumumkan bahwa pihaknya menaikkan target pendapatan kuartal kedua sebesar 68 persen yakni 6,6 miliar dolar Amerika (sekitar Rp96,62 miliar). Xiaomi mencatat laba bersih 2,1 miliar dolar Amerika (sekitar Rp30,74 triliun), namun juga mengalami kerugian operasional 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp16,10 triliun) selama periode tersebut akibat biaya adiministrasi pendaftaran saham yang signifikan. Biaya ini juga pernah membebani perusahaan tersebut menjelang penjualan saham perdana.
Laporan pendapatan sementara itu menaikkan harga sahamnya sebesar 1,6 persen. Namun, harga tersebut masih belum bisa mengulangi harga saham Xiaomi yang pernah mencapai 21,55 dolar Hong Kong (sekitar Rp40.184) pada bulan lalu.
Peningkatan pendapatan Xiaomi ini berasal dari penjualan smartphone dan perusahaan itu menyebut pihaknya berhasil mengirimkan 32 juta unit selama kuartal pertama, naik 44 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan menghasilkan pendapatan 4,5 miliar (sekitar Rp65,86 triliun).
Itu berarti 67 persen dari total pendapatan, walaupun pendapatan dari penjualan hardware turun 6,7 persen dari 8,7 persen pada tahun lalu.
Selain smartphone, penjualan produk-produk pintar lainnya seperti TV dan fitness bands, naik lebih dari 100 persen dengan mencapai sekitar 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp21,95 triliun) dan sumber pendapatan terbesar Xiaomi berikutnya.
Layanan Internet, segmen yang telah lama diprediksikan oleh Xiaomi sebagai differensiator finansial terhadap smartphone pesain lainnya, mencatat kenaikan total penjualan sebesar 64 persen dengan menghasilkan 585 juta dolar Amerika (sekitar Rp8,56 triliun).
Xiaomi baru saja mulai memfokuskan divisi ini pada pasar di luar Tiongkok, yang menyumbang sebagian besar dari 206,9 juta pengguna aktif bulanannya. Jumlah itu, menurut Xiaomi, naik sebanyak 146 juta pengguna dari tahun lalu.
Baca juga: Konsep Mi Mix Influx ungkap arah baru Xiaomi
Jika meninjau secara lebih luas dalam strategi globalnya, 36 persen pendapatan Xiaomi selama kuartal tersebut berasal dari luar Tiongkok yang produsen itu sebut menunjukkan peningkatan tahunan sebesar 151 persen dibanding tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut didominasi dari India, namun Xiaomi mengatakan pihaknya mencatat peningkatan di Indonesia, negeri dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara sekaligus juga baru-baru ini berekspansi ke Eropa.
Di India, perusahaan itu mengincar kenaikan tambahan setelah Xiaomi merilis gadget pertamanya dari subbrand terbarunya Pocophone. Poco F1 dirancang untuk memberikan spesifikasi cangging dengan harga yang miring, menyasar segmen pasar dimana OnePlus yang juga berasal dari Tiongkok mencatat kesuksesan besar di India.
Harga F1 sendiri di bawah 500 dolar Amerika (sekitar Rp7,31 juta) dan akan rilis perdana di India sebelum diluncurkan di Hong Kong, Perancis, Indonesia pada akhir bulan ini, demikian dilaporkan Tech Cruch.
Baca juga: Xiaomi Pocophone F1 meluncur, ini spesifikasinya
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018