Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Suku Dinas (Sudin) Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) setempat mensosialisasi pengarusutamaan gender.
"Kita undang seluruh unit kerja perangkat daerah (UKPD) ikut sosialisasi ini agar pembuat kebijakan di tingkat kecamatan dan kelurahan punya persepsi yang sama tentang pemahaman gender," ujar Kepala Suku Dinas (Kasudin) PPAPP Jakarta Pusat Erma Suryani, Jakarta, Kamis.
Erma mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai pemahaman gender di lingkungan kerja aperatur sipil negara (ASN).
Baca juga: Buruh perempuan desak hentikan kekerasan berbasis gender
Dengan digelarnya sosialisasi, maka kesetaraan dan keadilan gender di wilayah Pemerintah Kota Jakarta Pusat dapat diciptakan sebab hal tersebut masuk kedalam indikator Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Erma mencontohkan selama ini praktek bias gender sudah dilakukan sejak di lingkungan keluarga bahkan sejak masa kanak-kanak sehingga terbawa ke lingkungan kerja.
Misalnya, saat memberikan pakaian untuk anak laki-laki dan perempuan, orang tua cenderung memberikan warna pink untuk anak perempuan, dan biru untuk anak laki-laki. Padahal, hal ini sudah masuk ke dalam bias gender.
"Sejak kecil kita diperlakukan tidak adil. Maka dari itu, semua yang mengikuti sosialisasi ini jangan sampai berbuat bias gender. Jangan sampai sosialisasi ini berhenti di ruangan ini, tapi bagaimana kita juga turut menginformasikan dan mengedukasi masyarakat tentang pemahaman kesetaraan gender," jelas Erma.
Baca juga: Nurul Arifin: Masalah gender masih menjadi "PR"
Sementara itu, Asisten Administrasi dan Kesejahtraan Rakyat, Mohamad Fahmi menilai pembahasan mengenai gender di ruang publik maupun di lingkungan Pemkot Jakarta Pusat merupakan sebuah konstruksi budaya yang dibentuk di tengah masyarakat.
Hal ini menyebabkan beberapa pandangan dan perbedaan pendapat dalam menyingkapi kesetaraan gender.
Baca juga: Menteri : Laki-laki berperan mewujudkan kesetaraan gender
"Gender itu tidak hanya bicara soal kesetaraan saja, tapi lebih pada pembagian peran sosial dan tangung jawab. Jadi, selagi peran sosial dan tangung jawab ini imbang, persoalan gender tidak akan jadi masalah," ujar Fahmi.
Fahmi melanjutkan, faktanya, banyak para ibu yang membantu suaminya mencari nafkah seperti yang dilakukan para ASN perempuan yang mengikuti sosialisasi pengarusutamaan gender.
Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2018