Kami hanya targetkan satu emas, satu perak dan satu perunggu, tapi ternyata kita dapatkan dua, jadi sudah melebihi target,"
Bogor (ANTARA News) - Tim nasional Paralayang Thailand puas bisa mengantongi dua medali emas pada kejuaran Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang berlangsung di Gunung Mas, Puncak Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kami hanya targetkan satu emas, satu perak dan satu perunggu, tapi ternyata kita dapatkan dua, jadi sudah melebihi target," kata Kepala Pelatih Tim Nasional Thailand, Andika Untung Setiawan kepada Antara, usai sermoni pengalungan medali, Kamis.
Thailan mengantongi dua emas, masing-masing untuk nomor Ketepatan Mendarat (KTM) kelas beregu putri yang diraih oleh Chantika Chaisanuk, bersama dua rekannya Nunnapat Phuncong, dan Narubhorn Wathaya.
Pada nomor ini, Thailand bersaing tetat dengan tiga Srikandi Indonesia yakni Lis Andriana, Ike Ayu Wulandari, dan Rika Wijayanti yang harus puas dengan medali perak.
Emas kedua diraih pada nomor KTM kelas individual putri atas nama Nunnapat Phuchong yang mengumpulkan total nilai selama 10 ronde yakni 77. Wanita 30 tahun ini berhasil menggeser Rika Wijaya ke urutan ketiga.
Andika yang akrab disapa Mounear (Munir-baca) mengatakan, capaian ini berkat latihan panjang yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Mulai pemilihan atlet unggulan, dengan seleksi di tingkat nasional hingga seleksi akhir.
"Atlet yang kami turunkan ini memang benar-benar sepadan, tim inti yang dari lima tahun yang lalu kami latih, dengan komposisi atlet ini kita pertahankan," katanya.
Sebagai orang Indonesia yang melatih Tim Nasional Thailand, lanjut Mounear, dirinya mengenal baik arena Paralayang Puncak yang dikenal sebagai tempat ketiga tersulit untuk kategori akurasi.
Meski sudah mengenal lokasi dengan baik, lanjutnya, perubahan pembangunan di kawasan Puncak yang begitu signifikan selama lima tahun terakhir membuatnya kesulitan untuk menguasai medan sebelum pertandingan. Sehingga perlu ekstra keras untuk melakukan persiapan jangan sampai main-main.
"Perubahan begitu signifikan, apalafi kita tidak ada kesempatan untuk latihan, karena arena ditutup. Jadi kita tidak ada pengenalan karakter untuk perubahan yang baru ini," katanya.
Menurutnya, jika tahun 2011 dan 2015 lalu mereka sudah menguasai medan dengan susah payah, dengan adanya perubahan di arena paralayang Gunung Mas, menambah beban jauh lebih susah dari sebelumnya.
"Belum lagi cuaca saat ini sedang puncangnya musim kemarau, jadi agak cukup keras kondisinya saat ini," kata Mounear.
Sementara itu, Ketua FASI Thailand, Veerayut Didyasarin, yang ikut mendampingi atlet selama bertanding di Puncak, mengaku puas dengan capaian yang diraih para atletnya.
"Ini diluar target kami, kami bisa membawa dua emas, padahal kami tidak menargetkan tinggi-tinggi," katanya.
Selain itu, Veerayut juga memuji pelaksanaan pertandingan yang berjalan begitu lancar dan baik. Sehingga atletnya dan negara lain dapat menikmati pertandingan dengan lebih baik.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018