"Saya sejak tahun 2000 mulai bermain sofbol, yang artinya selama 18 tahun," kata Cresida Mariska kepada Antara di Lapangan Sofbol, Senayan, Jakarta.
Meski sudah 18 tahun menggeluti sofbol, di usianya yang telah bulat kepala tiga itu Cresida mengaku masih ingin mengenakan seragam tim nasional sofbol Indonesia untuk waktu yang lama.
Menempati posisi infielder, atau pemain yang menjaga bola di lapangan sisi dalam, Cresida kini dipercaya mengemban jabatan sebagai kapten tim nasional sofbol Indonesia pada ajang Asian Games 2018.
Atlet kelahiran 12 Maret 1998 itu mengenakan nomor punggung 77 di timnas Indonesia dalam Asian Games 2018, yang diakui Cresida sebagai kesempatan teramat istimewa bagi seorang atlet, khususnya yang menggeluti sofbol di Indonesia.
"Kita cukup sadari, untuk olahraga sofbol sendiri belum se-populer seperti bulu tangkis, sepak bola dan lainnya, apalagi dari segi prestasi kekuatan di Asia, karena jujur saja Indonesia bisa masuk turnamen sofbol Asian Games juga karena tuan rumah, sehingga dapat wild card," kata Cresida.
Kendati sofbol Indonesia menelan lima kekalahan dari enam pertandingan yang mereka jalani di Asian Games 2018, Cresida memilih melihat penampilan mereka dari sisi positif, yakni ajang bertukar ilmu dan belajar dari tim-tim kuat Asia, seperti China, Jepang, Filipina dan China Taipei.
Baca juga: Sofbol putri Indonesia akhirnya catatkan kemenangan perdana
Keinginan untuk mereguk ilmu dan pelajaran dari lawan-lawan kuat tersebut tidak lepas dari kecintaan Cresida yang membuatnya serius menekuni karier sebagai atlet sofbol di Indonesia, kendati olahraga pukul itu tidak terlalu mendudukkannya di panggung penuh lampu sorot apalagi jaminan materi.
"Kalau mau jujur, jadi atlet sofbol di Indonesia tidak ada apa-apanya, ini realita. Tapi bukan apa-apa itu yang dicari, tapi memang kompleksnya olahraga ini yang saya cintai dalam kerja sama tim," kata atlet yang akrab disapa Sisi itu.
Menghadapi idola
Ada satu hal menarik dalam ajang Asian Games 2018 yang ditunggu oleh para pemain sofbol Indonesia, tidak terkecuali Cresida, yaitu laga melawan timnas sofbol Jepang. Pertama, Jepang merupakan runner-up Kejuaraan Sofbol Putri Dunia XVI 2018 di Chiba, Jepang, awal Agustus lalu, yang kalah di partai final dari Amerika Serikat.
Kedua, kesempatan Indonesia bertemu timnas Jepang bukanlah hal gampang, mengingat prestasi sofbol kedua negara masih terpaut jauh bahkan berbeda level, sehingga ilmu dan pengalaman bertemu Timnas Jepang adalah hal yang langka serta bagus untuk perkembangan seluruh tim.
Ketiga yang paling ditunggu oleh seluruh atlet sofbol Indonesia adalah bertemunya secara langsung dengan pitcher sofboll wanita terbaik dunia, Yukiko Ueno.
"Ueno adalah atlet sofbol favorit saya, dan bisa melihat langsung adalah hal yang menakjubkan, apalagi melawan timnya," kata perempuan bertinggi badan 1,6 meter tersebut.
Baca juga: Sofbol putri Filipina semakin dekat ke babak selanjutnya setelah kalahkan Indonesia
Sayangnya, Ueno tidak dipasang ketika Jepang bertemu dengan Indonesia, dan Indonesia kalah 0-7 dari tim samurai wanita. Cresida mengaku memiliki motivasi lebih ketika bertemu dengan Jepang, meski belum sempat bertemu secara langsung dengan Ueno yang menurut catatan pernah memiliki rekor lemparan tercepat diantara pitcher lainnya.
"Siapapun penggemar sofbol, siapa sih yang tidak kenal Ueno, bisa melihat langsung itu sudah seneng sekali, tapi aku belum sampai berbicara langsung, mungkin karena tim Jepang memang sedang fokus pada pertandingan," katanya.
Indonesia sendiri sudah keluar dari zona perebutan medali cabang sofbol, karena rentetan kekalahan yang didera ketika melawan tim raksasa Asia. Namun, pada pertandingan pamungkasnya, Indonesia mampu meriah kemenangan perdana melawan Hong Kong, di mana hal tersebut diyakini Sisi menjadi awal yang baik untuk modal menentukan prestasi terbaik dari turnamen selanjutnya.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018