Jakarta (ANTARA News) - Rumah skala menengah dengan harga Rp100 juta sampai dengan Rp1 miliar saat ini diburu masyarakat sehingga bank juga berlomba-lomba untuk memfasilitasi pembiayaannya. "Dari sekitar 250 sampai 300 ribu kebutuhan rumah menengah, mungkin baru 150 ribu sampai 200 ribu yang bisa diakomodasi," kata GM Kredit Konsumen Bank BNI, Diah Sulianto, di Jakarta, Kamis. Mengingat peluang yang masih besar tersebut maka bank banyak yang tertarik untuk memfasilitasi pembiayaannya, ungkap Diah. Diah menyampaikan, sejauh ini sektor pembiayaan rumah masih masuk dalam kategori yang resikonya rendah, tidak sepertihalnya sektor properti lainnya. Sehingga diperkirakan sektor ini masih menarik untuk dibiayai. Sebagai gambaran Diah mengungkapkan, penyaluran KPR Bank BNI per Juni 2007 sudah mencapai 3,352 triliun, sementara periode yang sama tahun sebelumnya hanya Rp2,2 triliun. Sedangkan sampai Juli 2006 KPR sudah naik Rp3,554 triliun. "Bahkan dari sisi target sebesar 38 persen pada Juli 2007, saat ini sudah tercapai 51 persen," ucapnya. Dengan perkembangan seperti ini tidak tertutup kemungkinan pangsa pasar KPR BNI yang pada tahun 2007 baru mencapai 4,06 persen, dalam kurun waktu 8 tahun mendatang bisa menyaingi semua rivalnya, kata Diah. "Saya yakin BNI akan mampu bersaing karena didukung jaringan yang luas 972 cabang di seluruh Indonesia. Kalau semua bisa dimanfaatkan secara maksimal maka kita dapat mengungguli semua pesaing," ujarnya optimis. Diah mengatakan, usia KPR BNI sendiri baru 2,5 tahun akan tetapi dengan pangsa pasar 4,06 persen sudah merupakan prestasi. Disebutkan salah satu bank pesaingnya saat ini menyalurkan KPR Rp7-8 triliun, sedangkan BNI sendiri mampu 4-4,5 triliun per tahun. Sedangkan mengenai pasar rumah murah, Diah mengatakan, sebagai BUMN BNI komitmen untuk membiayai program pemerintah tersebut. Namun dia mengingatkan kebanyakan debitur rumah dibawah Rp50 juta tidak memenuhi syarat. "Sebagai contoh banyak debitur program rumah sederhana yang terpaksa ditolak karena ternyata masih banyak tunggakan," paparnya. Namun Diah mengingatkan, tidak seluruh debitur demikian. Prinsipnya sepanjang program rumah sederhana dikoordinir dalam satu paguyuban maka bank tidak masalah untuk membiayainya. Sebagai upaya meningkatkan KPR, BNI menempuh strategi pemasaran "one stop banking solution" sehingga debitur yang akan membeli rumah akan difasilitasi untuk biaya konstruksi maupun KPR. "Pada dasarnya sama saja, selama rumah dibangun kita kasih kredit konstruksi, nanti kalau selesai tinggal dialihkan menjadi KPR yang harus dicicil pembeli," ucapnya. Saat ini BNI sudah menjalin kerjasama dengan 442 pengembang dalam penyaluran KPR, sebanyak 50 diantaranya sudah memanfaatkan fasilitas kredit konstruksi, ungkapnya. Diah mengatakan, untuk mendapatkan KPR pihak BNI tetap mengedepankan pelayanan kepada nasabah. "Jadi kita verivikasi dulu lokasinya kalau tidak layak maka tidak mendapat kredit," ujarnya. Langkah ini, menurutnya, sebagai antisipasi jangan sampai debitur tinggal ditempat yang tidak layak seperti lokasinya ternyata daerah banjir dan sebagainya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007