"Yang jadi pemandu justru ada yang didatangkan dari Batam, ada dari Bali, ada juga yang dari China"

Manado, 23/8 (ANTARA News) - Jumlah kedatangan wisatawan dari China ke Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan pramuwisata yang bisa berbahasa Mandarin di provinsi tersebut.

"Tingginya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari China di Sulut belum diimbangi dengan pertumbuhan pramuwisata yang bisa berbahasa Mandarin," Sekretaris Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara Frankie Najoan di Manado, Kamis.

Dia menilai, salah satu tantangan di Sulut yang memiliki obyek wisata Taman Laut Bunakaen itu, adalah masih kurangnya sumber daya manusia yang bisa berbahasa Mandarin.

"Kalau tour guide yang mampu berbahasa Inggris saya kira sudah banyak, tapi yang mampu menguasai bahasa mandarin itu masih sedikit," jelas Najoan.

Karena itu kata dia, selama ini pemandu wisata yang mendampingi Wisman China kebanyakan berasal dari luar Sulut.

"Yang jadi pemandu justru ada yang didatangkan dari Batam, ada dari Bali, ada juga yang dari China," ujarnya.

Padahal kata dia, pemandu wisata tersebut belum menguasai seluk beluk wisata di Sulut. Sehingga yang dikhawatirkan ada informasi penting yang tidak tersampaikan ke Wisman.

Berbeda kata dia dengan warga lokal, hanya saja pemandu wisata lokal belum mahir berbahasa Mandarin.

"Tour guide dari luar belum tahu banyak tentang potensi wisata kita," jelasnya.

Dari segi kuliner kata dia, tidak menjadi masalah bagi Wisman China. Akan tetapi, pemerintah juga mesti memperhatikan, sebab dalam waktu dekat sedang direncanakan penerbangan langsung Korea-Manado. Wisman Korea ini ingin sekali jika di negara tujuannya ada masakan khas Korea.

"Dari informasi yang kami dapat Korea akan segera masuk, tapi kita belum punya restoran yang ada kimchi-nya," katanya.

Baca juga: Produk makanan ringan Tiongkok promosikan wisata Sulut

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018