Pesepak bola Cina Zhang Yuning (kanan) berebut bola dengan pesebak bola Suriah Arnaout Fares (tengah) pada pertandingan babak penyisihan sepak bola Grup C Asian Games 2018 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/8/2018). (INASGOC/Novrian Arbi)
Jakarta, 22/8 (Antara) - "Derby" kawasan Timur Tengah antara tim nasional U-23 Palestina dan timnas U-23 Suriah tersaji di babak 16 besar cabang olahraga sepak bola putra Asian Games XVIII 2018, Kamis (23/8).

Dengan kekuatan kedua tim yang bisa dikatakan seimbang, laga yang digelar di Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi, Jawa Barat mulai pukul 16.00 WIB ini diproyeksikan berjalan ketat sampai akhir.

Namun, melihat perjalanan kedua tim di babak grup, ada satu hal yang bisa menjadi penentu kemenangan di pertandingan tersebut yakni pengaruh dari pemain senior atau pemain yang berusia lebih dari 23 tahun.

Dalam empat kali laga di Grup A, pelatih timnas U-23 Palestina Ayman Sandouqa selalu menurunkan tiga pemain seniornya yaitu kapten Abdallatif Albahdari, gelandang Sameh Maraaba dan kiper Rami Hamada.

Kebijakan Ayman itu bukan tanpa alasan. Trio Abdallatif, Sameh dan Rami menjadi faktor utama kestabilan performa Palestina di Grup A sehingga mereka bisa lolos ke perdelapanfinal tanpa terkalahkan.

Dampak dari kehadiran mereka di tim Palestina sangat terasa kala mereka mengalahkan Laos 2-1 pada partai keduanya di Grup A, Minggu (12/8). Tertinggal 1-0 sejak menit ke-14 babak pertama, Palestina akhirnya bisa menyamakan kedudukan di menit ke-83 dari Shehab Qumbor dan lantas memenangkan laga melalui gol di menit ke-90+5 atau satu menit sebelum pertandingan berakhir.

Sang pencetak gol di menit akhir itu adalah Abdallatif Albahdari, bek tengah sekaligus kapten timnas U-23 Palestina. Albahdari, yang sudah berusia 34 tahun dan juga menjabat kapten di timnas senior Palestina, terbukti bisa membawa rekan-rekannya melewati masa sulit.

Kepemimpinannya di lini belakang membuat skuat Palestina hanya kebobolan tiga gol dari empat pertandingan. Dan tentu ini akan menyulitkan bagi timnas U-23 Suriah yang tampak tak nyaman jika menghadapi kesebelasan dengan kualitas setara.

Ketika menang 1-0 atas timnas U-23 Uni Emirat Arab (UEA) pada laga keduanya di Grup C, Kamis (16/8), Suriah harus jatuh bangun mempertahankan gawangnya dari gempuran lawan.

Saat itu, UEA mendominasi dengan 54 persen penguasaan bola dan memiliki delapan kali percobaan ke arah gawang, tiga diantaranya tepat sasaran, lebih banyak daripada tujuh kali milik Suriah, dengan dua kali tepat sasaran di mana salah satunya menjadi gol.

Dan, sama seperti Palestina, ketangguhan Suriah bersumber dari para pemain seniornya yakni gelandang Hussein Al Shuayb, kiper Ahmad Madnya dan penyerang Mahmood Albaher.

Ketiga pemain tersebut hampir selalu ada di daftar "starting eleven" Suriah, kecuali penjaga gawang Ahmad Madnya yang tidak berlaga di pertandingan terakhir Grup C menghadapi Timor Leste.

Meski demikian, Suriah tidak memiliki pemain senior kharismatik seperti halnya Albahdari di Palestina. Sebab, meski tergolong senior, ketiga nama yang disebutkan di atas masih tergolong berusia muda. Hussein Al Shuayb masih berusia 26 tahun, Ahmad Madnya 28 tahun serta Mahmood Albaher 24 tahun.

Meski terlihat sepele, faktor kematangan mental seorang pemain senior dapat berpengaruh besar untuk mengeluarkan tim dalam kondisi rumit dan terjepit.

Perihal tersebut membuat Suriah kemungkinan besar akan ditundukkan oleh Palestina. Ditambah lagi, Palestina memiliki waktu istirahat lebih panjang menuju 16 besar dibandingkan Suriah.

Palestina terakhir kali bertanding di babak grup pada Jumat (17/8), sementara Suriah menyelesaikan partai pamungkasnya di grup pada Minggu (19/8).

Oleh karena itu, kalau dapat dirumuskan dalam angka, peluang Palestina menang atas Suriah adalah 55:45.

Baca juga: China dan Suriah melaju ke babak 16 Besar

Baca juga: Sepak Bola - Palestina waspadai tuan rumah Indonesia dan Vietnam

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018