Dia bersama rekannya berangkat dari wisma atlet sekitar pukul 13.00 WIB menggunakan bus tingkat yang menjadi moda layanan wisata gartis dari Pemda DKI untuk para tamu Asian Games.
Karena ini kali pertamanya ke Indonesia dia ingin berjalan-jalan dia tidak tahu harus kemana. Berbekal tanya sini dan sana, akhirnya dia memutuskan untuk ke pusat perbelanjaan.
"Ini pertama kali saya ke Indonesia, saya ingin pergi melihat pusat kotanya," kata dia saat duduk di bus tingkat yang akan mengantarkannya ke Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu.
Jakarta baginya sangat mengagumkan, kota besar dengan penduduk yang populasinya sama dengan satu negara Tajikistan.
Kebetulan jalanan siang itu cukup lengang karena sedang libur Idul Adha, sehingga cukup mudah untuk menikmati pemandangan kota Jakarta secara jelas.
Sebenarnya dia juga tidak tahu ingin berbelanja apa di Grand Indonesia yang menjadi salah satu pusat perbelanjaan populer di Jakarta.
Hanya saja dia ingin mencari pernak-pernik khas Indonesia yang dapat dibawanya untuk sanak saudara.
"Saya juga tidak tahu mau beli apa, saya lihat-lihat saja dulu apa yang ada di sana. Soalnya saya tanya-tanya ke orang-orang kemana tempat yang berada di pusat Jakarta, mereka bilang pergilah ke Grand Indonesia ," kata pria yang disapa Umed.
Saat bus memutari Bundaran Hotel Indonesia, dia melihat ke arah Patung Selamat Datang yang menjadi salah satu ikon Jakarta, selain Monas.
"Apakah patung itu baru saja dibuat?" tanya dia kepada pemandu wisata.
Tentu saja tidak, patung tersebut dibuat pada saat Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games untuk pertama kalinya pada 1962.
"Wow, sangat bagus," kata dia.
Jika Umed memilih pergi ke Grand Indonesia, lain halnya dengan tamu lain yaitu jurnalis dari Nepal, Manoranjan Sharma.
Dia dan teman-temannya memilih pergi ke Pasar Baru menggunakan taksi daring.
Berbekal informasi dari Google, dia memilih Pasar Baru untuk mencari oleh-oleh, namun sayangnya dia belum menemukan sesuatu yang khas untuk dibawa pulang.
"Barangnya mirip dengan ada di Nepal, saya ingin mencari sesuatu yang khas dari sini," kata dia.
Mano memang lebih memilih menggunakan taksi daring dibandingkan transportasi umum, menurutnya itu lebih mudah dan dia tidak perlu tersesat.
Grand Indonesia sangat diminati
Pemerintah DKI telah menyiapkan dua jenis layanan tur yaitu tur belanja dan tur sejarah, namun sampai saat ini para tamu Asian Games lebih banyak memilih tur belanja dibandingkan tur sejarah.
"Mereka rata-rata inginnya belanja untuk oleh-oleh. Kami tawarkan beberapa tempat seperti Smesco, Grand Indonesia dan Senayan City. Tetapi mereka selalu inginnya ke Grand Indonesia," kata pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Anita Novianti, yang bertanggung jawab atas tur tersebut.
Dia juga tidak tahu kenapa para tamu lebih memilih Grand Indonesia, mungkin karena mereka mendapat informasi dari Google.
"Mereka selalu bertanya di mana tempat belanja murah dan khas. Saya selalu sarankan Smesco yang lebih menawarkan banyak pilihan barang daru UMKM dan harga murah, saya juga sudah kasih brosurnya, tetapi mereka mintanya tetap ke Grand Indonesia," kata Anita.
Hal yang sama juga diutarakan pemandu wisata dari jebolan Abang None Jakarta Ganjar Nugraha, dia mengatakan banyak tamu minta ke Grand Indonesia.
Pernah satu waktu dia menemani tamu dari Mongolia, waktu itu waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, tamu tersebut ingin minta diantarkan ke tempat belanja yang murah.
Ganjar cukup kebingungan, karena menurut dia tempat belanja yang murah adalah Thamrin City. Namun Thamrin City hanya buka sampai sore saja, sementara hari sudah malam.
Dia tetap mencoba membawa tamu tersebut, dengan harapan masih ada beberapa toko yang buka, tetapi ternyata para tamu tidak cocok dengan barang yang ditawarkan.
Akhirnya dia mengantarkan tamunya ke Grand Indonesia, yang letaknya tak jauh dari Thamrin City, dan tamu tersebut merasa senang karena menemukan barang-barang untuk oleh-oleh.
Dia mengatakan banyak tamu yang berbelanja di "Alun-Alun Indonesia" salah satu pasar raya yang menjual benda-benda khas Indonesia.
"Menurut mereka belanja di Alun-Alun tidaklah mahal, mereka senang bahkan ada yang kembali ke sana dengan banyak membawa tas jinjingan," kata dia.
Dinas DKI Jakarta menyedikan delapan bus tingkat untuk melayani rute wisata para atlet, ofisial, delgasi maupun media selama Asian Games berlangsung.
Bus itu berangkat setiap satu jam sekali akan mengatarkan ke tempat yang telah ditentukan yaitu Monas, Kota Tua, Smesco, Grand Indoensia atau Senayan City. Setiap bus diisi dua pemandu wisata yang terdiri dari satu pemandu wisata profesional dan satu pemandu wisata dari Abang None Jakarta.
Untuk memberikan pelayanan prima pun, DKI Jakarta tetap membuka museum meski saat hari libur. Setiap hari libur museum akan buka dari pukul 13.00 WIB.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018