bantuan ada, tapi yang kita terima cuma tiga mi instan dan dua gelas beras, itu pun dapat dua pekan yang laluLombok Utara (ANTARA News) - Warga korban gempa bumi di kawasan wisata Senaru, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat membutuhkan bantuan logistik.
"Sebenarnya bantuan itu ada, tapi yang kita terima cuma tiga mi instan dan dua gelas beras, itu pun dapat dua pekan yang lalu," kata seorang warga setempat, Nursa`ad di Senaru, Kabupaten Lombok Utara, Rabu.
Nursa`ad merupakan salah satu di antara warga Senaru yang bertahan, sejak gempa akhir Juli lalu, di tenda darurat pengungsian dekat gerbang pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani.
Berdasarkan informasi yang dia sampaikan, Desa Senaru sejak gempa pertama dengan kekuatan 6,4 Skala Richter, banyak menerima bantuan logistik.
Bentuknya ada bantuan pribadi yang langsung diserahkan kepada pengungsi maupun ditampung oleh aparat desa setempat.
"Kalau yang bantuan pribadi itu ada, disalurkan langsung ke posko warga, cuma sering saya lihat duluan habis, jadi banyak yang tidak dapat bagian," ujarnya.
Begitu juga dengan bantuan logistik yang ditampung oleh aparat desa.
Menurut Ahda, warga Senaru yang menggantungkan hidupnya sebagai kuli angkut perlengkapan pendaki itu melihat bantuan logistik banyak yang berdatangan, namun belum disalurkan secara merata.
"Di desa itu ada saya lihat bantuan, tapi banyak menumpuk, penyalurannya juga belum merata," ucapnya.
Dari pantauan Antara di sepanjang jalan utama menuju gerbang pendakian Gunung Rinjani, hampir seluruh bangunan milik warga maupun tempat-tempat penginapan roboh sehingga banyak tenda darurat pengungsian bertebaran di lahan yang sedikit terbuka.
Namun, dari sekian banyak tenda darurat pengungsian, hanya sedikit yang terlihat menampung kardus ataupun karung beras dengan label bantuan.
Begitu juga dengan peran aparat penanggulangan bencana, dari pantauan Antara, tidak ada kendaraan ataupun petugas, relawan berada di kawasan Senaru.
Baca juga: Kepolisian salurkan 20.000 liter air bersih untuk Senaru
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018