Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kamis, ditutup turun tajam 120,448 poin dan berada di bawah level 2.000, masih mengikuti situasi pasar global karena berlanjutnya tekanan dari krisis kredit "sub-prime mortgage" di AS. IHSG ditutup anjlok 5,94 persen menjadi 1.908,635, sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan terkoreksi 25,890 poin atau 6,17 persen ke posisi 393,974. Analis Riset PT Bapindo Bumi Sekuritas Harry Kurniawan, kepada ANTARA di Jakarta, mengatakan, turunnnya indeks BEJ ini masih pengaruh psikologis penurunan bursa Wall Street dan regional akibat meluasnya dampak krisis "sub-prime mortgage" di dunia."Gejolak pasar saham ini disebabkan oleh faktor global (sub-prime mortgage di AS), sementara kondisi dalam negeri tidak ada perubahan dan jika pemerintah terlalu banyak mengatur justru akan membuat pelaku pasar lari," jelasnya. Menurut Harry, pasar modal Indonesia memang sangat rentan terhadap isu global, karena kenaikan yang terjadi sebelumnya lebih disebabkan oleh masuknya dana asing jangka pendek. "Saat ini pasar kita mudah terprovokasi dari eksternal, karena kenaikan indeks didorong masuknya dana jangka pendek yang sewaktu-waktu bisa ditarik, dan sekarang kita merasakan," tambahnya. Sementara pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyampaikan rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) juga tidak mampu mengangkat indeks dari tekanan bursa global. Pidato Presiden sedikit mengangkat indeks dari titik terendah yakni 1.863,365 karena banyak kalangan cukup menerima asumsi dan target yang dicanangkan oleh pemerintah. Pada perdagangan Kamis (16/8) hampir semua saham yang diperdagangkan mengalami penurunan tajam akibat belum pulihnya krisis bursa global ini, dimana sebanyak 241 dari 396 efek yang tercatat di BEJ mengalami penurunan, sementara yang naik hanya enam saham, 14 tidak bergerak harganya dan 135 saham tidak diperdagangkan. Penurunan indeks dipimpin anjloknya saham-saham unggulan, seperti Telkom (TLKM), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Bank BNI (BBNI), Antam (ANTM), Astra Internasional (ASII) dan Bank Mandiri (BMRI). Saham TLKM di awal perdagangan turun Rp300 menjadi Rp9.850, PGAS tertekan Rp650 ke posisi Rp9.000, BBNI menurun Rp110 ke level Rp1.680, ANTM merosot Rp225 ke harga Rp1.875, ASII turun Rp800 ke posisi Rp15.450 dan BMRI turun Rp225 menjadi Rp2.700. Volume perdagangan mencapai 5,287 miliar saham dengan nilai Rp4,576 triliun dari 55.796 kali transaksi. Namun, walaupun indeks turun tajam, posisi investor asing justru menunjukkan "net sell" (jual netto) yang mencapai Rp143,279 miliar.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007