Jakarta (ANTARA News) - Lifter Eko Yuli Irawan menjaga konsisten kontingen Indonesia dalam perburuan medali emas di ajang Asian Games 2018 setelah menjadi yang terbaik pada perlombaan cabang olahraga angkat besi kelas 62 kilogram putra.

Pada perlombaan yang berlangsung di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Selasa, Eko Yuli meraih medali emas setelah mencatatkan total angkatan seberat 311 kilogram, hasil dari angkatan snatch 141 kilogram dan clean and jerk 170 kilogram.

Ia mengungguli lifter Vietnam Trinh Van Vinh yang meraih perak dengan total angkatan 299 kilogram dan medali perunggu menjadi milik lifter Uzbekistan Adkhamjon Ergashev yang membukukan total angkatan 298 kilogram.

Keberhasilan lifter 29 tahun kelahiran Lampung itu disaksikan langsung Presiden Joko Widodo yang hadir ke arena perlombaan angkat besi didampingi Menko PMK Puan Maharani dan Menpora Imam Nahrawi.

"Ini kemenangan untuk Indonesia," kata Eko Yuli, yang meraih medali perak pada Olimpide 2018 di Rio De Jainero, Brazil.

Bagi Eko Yuli Irawan, medali emas ini merupakan yang pertama diraihnya pada ajang Asian Games yang pernah diikuti, sekaligus yang pertama juga untuk cabang angkat besi di Asian Games 2018 ini.

Prestasi emas ini sekaligus meneruskan pencapaian kontingen Indonesia yang konsisten meraih medali emas selama tiga hari pelaksanaan Asian Games 2018.

Pada hari pertama (19/8), Indonesia meraih medali emas pertama dari cabang olahraga taekwondo nomor poomsae (seni kerapian jurus) melalui Defia Rosmaniar, kemudian pada hari kedua (20/8) menambah lagi tiga medali emas dari Lindswell Kwok (wushu), Tiara Andini Prastika dan Khoiful Mukhib (balap sepeda gunung nomor downhill).

Kecuali downhill yang perlombaannya di Subang, Jawa Barat, tiga medali emas dari taekwondo, wushu dan angkat besi yang perlombaannya digelar di Jakarta, secara kebetulan selalu disaksikan langsung Presiden Jokowi.

"Kata Pak Presiden bagus dan harus ditingkatkan," kata Menpora Imam Nahrawi, usai mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan perlombaan angkat besi.

Selain satu medali emas, kontingen Indonesia juga menambah tiga medali perunggu masing-masing dari wushu melalui Ahmad Hulaefi, tim bulu tangkis putri dan sepak takraw.

Sementara dari cabang olahraga lain yang memperebutkan medali emas, seperti balap sepeda gunung nomor cross country, anggar, gulat, menembak, dan taekwondo, duta-duta olahraga Indonesia gagal masuk zona medali.


China Perkasa

Hingga memasuki hari ketiga, juara bertahan China masih tetap perkasa dan belum tertandingi dalam perebutan medali emas.

Atlet-atlet dari Negeri Tirai Bambu begitu mendominasi dengan mengemas 15 medali emas, dari total 28 keping yang diperebutkan di sepuluh cabang olahraga. Secara keseluruhan China telah mengumpulkan 30 emas, 18 perak dan 12 perunggu.

Menyusul di peringkat kedua adalah Jepang dengan 12 emas, 17 perak dan 17 perunggu, kemudian Korea Selatan dengan 8 emas, 12 perak dan 14 perunggu. Sementara Indonesia di urutan keempat dengan 5 emas, 2 perak dan 5 perunggu.

Pundi-pundi emas China kembali datang dari arena kolam renang yang menyabet empat emas, selain juga dari balap sepeda cross country, wushu, menembak, taekwondo, dan polo air.

Dari perlombaan renang, setidaknya ada dua rekor baru tercipta dari perenang China dan Jepang.

Perenang China Liu Xiang mencetak rekor dunia baru untuk nomor 50 meter gaya punggung putri dengan torehan waktu 26,98 detik, lebih cepat dari rekor lama 27,06 detik yang tercatat atas nama rekan senegaranya Zhao Jing, yang diukir pada Kejuaraan Dunia 2009.

Sementara perenang putri Jepang Rikako Ikee mengukir rekor baru di nomor 100 meter gaya kupu-kupu, ketika mencatat waktu tercepat 56,30 detik dan melampaui rekor sebelumnya yakni 56,61 detik yang dibuat perenang China Chen Xinyi pada Asian Games 2014 Incheon.

Selama tiga hari perlombaan renang, Rikako Ikee telah mengumpulkan tiga medali emas, sama dengan yang diraih perenang putra China Sun Yang.

Cabang olahraga renang seakan menjadi persaingan antara China dan Jepang, karena dari 21 keping emas yang sudah diperebutkan, hanya dua negara yang dapat. China menyabet 11 keping, sedangkan Jepang 10 keping.

Masih ada 20 emas lagi yang tersedia dari arena kolam renang hingga perlombaan terakhir pada 24 Agustus, dan persaingan China dengan Jepang dipastikan masih akan berlanjut.

Sedangkan dari cabang bulu tangkis yang mempertandingkan babak semifinal nomor beregu, tim putra dan putri Indonesia meraih hasil berbeda. Tim putri gagal melangkah ke final setelah kalah dari Jepang dengan skor 1-3, sementara tim putra membalas kekalahan itu dengan membekuk Jepang 3-1.

Pada perebutan medali emas yang berlangsung Rabu (22/8), Jonatan Christie dan kawan-kawan akan menghadapi tim kuat China yang mengalahkan Chinese Taipei 3-1. Sedangkan final putri mempertemukan Jepang melawan China.

Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018