Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanudin Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka 7 persen pada 2008, dengan mulai tumbuhnya investasi.. "Bahkan kita berpikir antara 6,5 persen sampai 7 persen tidak mustahil untuk dicapai," katanya, seusai penyampaian Keterangan Pemerintah atas RAPBN 2008 dan Nota Keuangannya di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis. Hal ini menurut dia karena adanya investasi yang mulai tumbuh dan infrastruktur yang mulai jalan. "Sekarang ini kredit-kredit infrastruktur sudah kelihatan bergerak dan mulai meningkat," katanya. Ia menambahkan semua asumsi makro yang disampaikan Pemerintah melalui Pidato Kenegaraan tersebut cukup realistis dan dapat dicapai. Dikatakannya ada beberapa faktor-faktor yang harus diantisipasi untuk pertumbuhan ekonomi tersebut. Ketika ditanyakan faktor-faktor yang harus diantisipasi ini oleh wartawan, ia tidak menjawab dan terus berlalu menuju mobilnya. Sementara itu, dalam pidato Presiden mengenai Keterangan Pemerintah atas RAPBN 2008 dan Nota Keuangannya pertumbuhan ekonomi 2008 di proyeksikan mencapai 6,8 persen, meningkat dari 6,3 persen pada tahun 2007 ini. "Pada tahun 2007 proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 6,3 persen, didorong antara lain investasi yang tumbuh sebesar 7,3 persen, dan pertumbuhan ekspor yang stabil pada level 9,4 persen," kata Presiden. Kepala Negara mengharapkan stabilitas ekonomi pada 2008 terus membaik dan diperkirakan dapat mencapai 6,8 persen. Stabilitas diharapkan tetap terjaga dengan tingkat inflasi 6,0 persen, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan 7,5 persen, dan nilai tukar pada level RP9.100 per dolar AS. Pengamat moneter dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, menilai Pemerintah terlalu optimis dalam mencanangkan target pertumbuhan ekonomi pada 2008 sebesar 6,8 persen, sedangkan konsensus pasar berdasar survei hanya 6,1 persen. "Target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen ini `ambisius`, karena pemerintah tidak memperhitungkan konsensus pasar yang berdasarkan survei hanya 6,1 persen," katanya. Menurut dia, target pertumbuhan sebesar itu dikhawatirkan hanya bersifat politis saja, tanpa memperhitungkan kondisi pasar yang ada. "Kami harapkan pemerintah tidak membuat target pertumbuhan itu hanya sekedar untuk menyenangkan saja," ucapnya. Ia mengatakan Standard Chartered Bank sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2008 akan berkisar antara 6,0 sampai 6,3 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2007