Kairo, Mesir (ANTARA News) - Pasar ternak hidup di Mesir menyaksikan resesi menjelang Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, akibat kenaikan harga hewan dan memburuknya kondisi ekonomi.

"Musim ini, lebih sedikit orang datang ke pasar untuk membeli hewan kurban," kata pedagang ternak Ahmed Fathy saat ia memberi makan kambing di satu pasar ternak hidup di Ibu Kota Mesir, Kairo.

Pria muda tersebut mengatakan banyak konsumen mengunjungi pasar tapi sedikit yang membeli hewan. Ia mengatakan itu terjadi akibat kenaikan harga ternak serta memburuknya kondisi ekonomi banyak orang Mesir.

"Tahun lalu keadaannya lebih baik. Saya menjual hampir semua hewan dagangan saya. Namun, tahun ini, saya bahkan belum menjual separuhnya," kata Fathy sambil melihat ke sekeliling untuk mencari pembeli.

Idul Adha dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sekali setahun untuk mengenang kepatuhan Nabi Ibrahim AS, yang nyaris menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail AS, atas perintah Allah.

Hari Raya Kurban itu ditandai dengan berakhirnya Ibadah Haji di Arab Saudi, saat umat Muslim menyembelih hewan kurban dengan harapan bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Kondisi ekonomi yang mengecewakan serta angka kemiskinan yang tinggi membuat pedagang ternak hidup membuat penawaran yang tak pernah terjadi sebelumnya agar bisa menjual hewan dagangan mereka.

"Saya memiliki sistem pembayaran cicilan buat orang yang saya percaya. Pembeli bisa membayar separuh harga dan membayar sisanya dengan dasar per bulan berdasarkan kesepakatan," tambah Fathy, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa sore.

Sementara itu, warga Mesir dipaksa untuk mengumpulkan dana guna membeli hewan kurban dan kemudian berbaginya antara lima dan delapan orang.

Mesir telah menderita resesi ekonomi selama beberapa tahun belakangan akibat tantangan keamanan dan ketidak-stabilan politik.

Sejak penghujung 2016, Mesir telah melaksanakan program pembaruan ekonomi ketat tiga-tahun, yang dimulai dengan mengambangkan mata uang lokal guna mengendalikan kekurangan dolar AS, lalu diikuti dengan tindakan penghematan, pemotongan subsidi energi dan peningkatan pajak.

Liberalisasi pound Mesir mendorong Dana Moneter Internasional mendukung rencana pembaruan ekonomi Mesir dengan pinjaman sebesar 12 miliar dolar AS, yang dua pertiganya sudah dikitim ke negara Afrika Utara itu.

Tak jauh dari Fathy, Mohammed Hany, seorang insinyur Mesir yang berusia 30-an tahun, sedang tawar-menawar dengan pedagang lain ternak mengenai harga kambing.

"Harga hewan kurban benar-benar mahal tahun ini," kata Hany kepada Xinhua.

Ia menghabiskan waktu lebih dari satu jam di pasar tersebut untuk mencari kambing murah dan akhirnya mendapatkan satu kambing kecil.

"Tapi ini masih lebih mahal dibandingkan dengan perkiraan saya," ia mengeluh.

Insinyur muda itu mengatakan ia beberapa tahun lalu biasa menyembeli sapi atau unta, "tapi kenaikan harga semua komoditas memaksa saya membeli hewan yang lebih murah untuk Hari Raya Kurban".

Harga satu kilogram anak sapi berkisar antara 50 dan 55 pound Mesir (2,79 - 3,07 dolar AS), sementara harga satu kilogram kambing berkisar 65 pound Mesir, Hany menyelaskan.

"Jadi, membeli satu kambing lebih cocok buat saya ... Saya ingin mempertahankan kebiasaan menyembelih hewan kurban saat Idul Adha," katanya.

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018