New York (ANTARA News) - Kurs mata uang greenback melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor keluar dari mata uang safe-haven menyusul meningkatnya optimisme tentang perundingan perdagangan AS-China mendatang dan juga setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik laju kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, turun 0,3 persen ke level terendah 95,83 di sesi Amerika Utara menjelang pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China pada minggu ini, yang diharapkan investor akan meredakan ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.

Para dealer mengutip spekulasi bahwa perundingan dapat mengatur panggung untuk pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping pada November.

Ketegangan perdagangan secara keseluruhan telah menjadi anugerah bagi dolar AS, yang diuntungkan dari gejolak geopolitik karena pasar mencari investasi yang kurang berisiko.

"Pasar adalah (posisi) jangka panjang dolar AS. Ada beberapa kehati-hatian bahwa pembicaraan perdagangan minggu ini -- para pejabat AS-China serta Uni Eropa dan Jepang juga akan berada di kota -- dapat mengarah ke beberapa berita utama yang positif. Dan jika demikian, beberapa posisi jangka panjang dolar AS akan mendapat tekanan," kata Daniel Katzive, kepala strategi valas Amerika Utara pada BNP Paribas di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Indeks dolar AS mencapai terendah sesi menyusul wawancara Reuters dengan Trump pada Senin (20/8) sore, di mana presiden mengatakan bahwa dia akan mengkritik The Fed jika terus menaikkan suku bunga, bahwa bank sentral harus lebih akomodatif dan bahwa dia "harus diberikan lebih banyak bantuan oleh Fed."

Mata uang AS juga melemah terhadap euro karena investor membatalkan perdagangan "risk-off" yang dilakukan sebelumnya pada hari itu. Kekhawatiran bahwa krisis mata uang di Turki dapat merugikan bank-bank zona euro dan ketidakpastian tentang anggaran yang direncanakan pemerintah Italia telah membebani euro.

"Di sesi Eropa, ketegangan emerging market memiliki tawaran dolar AS, dan sejak itu kami memiliki pembukaan positif. ... Ini adalah sesi risk-on, dan karenanya dolar AS telah turun," kata Greg Anderson, kepala strategi valas global BMO Capital Markets di New York.

Terhadap mata uang AS, euro menguat 0,34 persen ke tertinggi harian 1,148 dolar AS.

Para pedagang juga sedang menunggu rilis risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve pada Rabu (22/8) dan simposium tahunan Jackson Hole untuk petunjuk tentang kemungkinan kebijakan moneter AS.

Pada Senin (21/8), lira turun 1,5 persen, terdorong lebih rendah setelah S&P Global dan Moody`s menurunkan peringkat kredit negara itu lebih jauh ke wilayah sampah (junk).

Baca juga: Dolar melemah, investor nanti perundingan dagang AS-Tiongkok
Baca juga: Permintaan aset berdenominasi dolar, picu pelemahan rupiah Senin pagi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018