Yogyakarta (ANTARA News) - Pemberian vaksin polio tetes yang selama ini digunakan guna mencegah polio akan diganti dengan cara injeksi (suntik), karena penggunaan yang terus menerus melalui polio oral (Oral Polio Vaccine atau OPV) dapat menimbulkan masalah kemudian hari. "Penggunaan imunisasi secara injeksi lebih aman, karena menjamin tidak ada virus polio liar di lingkungan penerima vaksin, karena virus yang dilemahkan pada cara tetes bisa bermutasi menjadi ganas," kata Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Citraningsih Yuniarti SKM MKes, Rabu. Menurut dia, penggantian dengan cara injeksi dilakukan karena virus hidup yang dilemahkan pada cara tetes dalam penggunaan yang lama dan luas akan memungkinkan OPV bersirkulasi lebih lama di lingkungan penerima vaksin, dan memberi kemungkinan bermutasi. Dampak selanjutnya menimbulkan Vaccine Derrived Polio Virus (VDPV), yaitu suatu keadaan di mana virus polio bermutasi menjadi ganas dan dapat menimbulkan kasus polio lagi. "Berdasarkan hasil survei yang dilakukan UGM (Universitas Gadjah Mada), cakupan imunisasi polio tetes bagi anak di Yogyakarta sudah mencapai 99 persen. Itu artinya kita sudah harus berpindah ke hal yang lebih baik. Kalau masih pakai vaksin polio tetes, dikhawatirkan virus yang ada di vaksin polio tetes akan bermutasi menjadi ganas. Itu akan merugikan," katanya. Ia mengatakan, rencana tersebut sudah disosialisasikan di tingkat provinsi, dan kemudian di Kota Yogyakarta. Nantinya akan disosialisasikan ke tingkat kecamatan termasuk ke kader Posyandu di tingkat di bawahnya. "Vaksin polio injeksi langsung didatangkan dari WHO, dan direncanakan pada 3 September nanti secara serentak dibagikan ke seluruh wilayah DIY," kata dia. Menurut dia, sebenarnya Indonesia pada tahun 2000 sudah harus bebas dari polio, namun untuk membasmi polio tidak mudah, karena faktanya masih ditemui di beberapa negara termasuk Indonesia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007