Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari satu juta pekerja dari dua industri kertas di Riau, yakni Sinarmas dan Riaupulp, terancam pemutusan hubungan kerja (PHK), jika masalah kesulitan bahan baku tidak teratasi. "Jumlah pekerja baik `direct` (langsung) maupun `indirect` (tidak langsung) dari Sinarmas dan Riaupulp lebih dari satu juta orang akan terkena PHK jika perusahaan tersebut berhenti beroperasi karena kekurangan bahan baku," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Rabu. Sofyan mengatakan jika pemerintah tidak secara cepat menyelesaikan masalah Departemen Kehutanan dan Kepolisian terkait `illegal logging` (pembalakan liar) dan segera menentukan mana yang legal dan mana yang ilegal, maka masalah ketersediaan bahan baku untuk industri kertas di Riau tidak akan teratasi. General Manager Sinarmas, Joice Budisusanto mengatakan, total pekerja yang terlibat dalam proses produksi di perusahaannya mencapai 800.000 orang. Dengan rincian pekerja yang terkait langsung dengan industri tersebut mencapai 300.000 orang, sedangkan pekerja yang tidak terkait langsung mencapai 500.000 orang. "Yang jelas sebanyak 200.000 sub kontraktor kami terpaksa berhenti bekerja karena memang tidak ada yang harus dikerjakan," ujar dia. Dia mengatakan semua peralatan berat yang disewa oleh sub kontraktor disita oleh pihak kepolisian. Hal tersebut dikarenakan belum ada kepastian masalah legalitas kayu yang ditebang oleh para sub kontraktor. Sementara itu, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper, Rudi Fajar mengatakan, jumlah pekerja yang ada di perusahaannya mencapai 200.000 hingga 240.000 orang. Jika hingga akhir September 2007 nanti kayu yang disita oleh kepolisian tidak dapat digunakan juga, maka bulan Oktober nanti perusahaannya akan berhenti beroperasi dan otomatis 200.000 lebih pekerja akan menganggur, katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007