Mekkah, Arab Saudi (ANTARA News) - Ruang dan waktu utama untuk beribadah bertemu selama wukuf di Padang Arafah.
Umat Islam bisa mengoptimalkan pemanfaatan waktu-waktu utama untuk beribadah selama pelaksanaan rukun haji di tempat suci itu, antara lain dengan berusaha mendirikan shalat wajib tepat waktu, memanfaatkan sepertiga malam untuk shalat sunnah tahajud serta memperbanyak zikir dan doa.
Ketua Bidang Infokom Majelis Ulama Indonesia Masduki Baidlowi mengajak jamaah Indonesia memanfaatkan sebaik-baiknya pertemuan waktu ruang dan waktu utama selama wukuf di Arafah.
"Kalau di Masjidil Haram atau di Padang Arafah dimensi waktu dan ruang bertemu. Fadilah di Arafah itu berlipat-lipat," kata dia.
"Ini adalah kesempatan anda. Anda belum tentu bisa berhaji lagi. Gunakan ruang dan waktu itu yang memiliki kelipatan-kelipatan. Ada rahasia-rahasia Allah," kata dia.
Inti Haji
Wukuf merupakan bagian rukun haji, amalan-amalan yang harus dilakukan dan kalau tidak dijalankan maka ibadahnya tidak sah.
Wakil Amirul Hajj Indonesia Dadang Kahmad mengatakan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah atau 20 Agustus tahun ini merupakan inti dari ibadah haji.
Pelaksanaan wukuf, ketika jamaah haji berhenti dan berkumpul di Arafah untuk berzikir dan berdoa, ia melanjutkan, berlangsung dari waktu dzuhur sampai terbenamnya matahari pada 9 Dzulhijah.
"Ini inti wukuf Arafah. Haji itu Arafah. Ini merupakan jambore perkemahan besar yang dihadiri 3,5 juta muslim sedunia untuk zikir, shalat, mendengarkan khutbah, bersama meminta ampun Allah," kata Dadang, delegasi Amirul Hajj perwakilan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dadang mengatakan bahwa wukuf antara lain mencerminkan kesatuan umat Islam dengan berbagai latar dan asal dalam satu identitas, semua satu dalam pakaian ihram dan satu dalam tujuan meraih taqwa.
Wukuf di Arafah, dia melanjutkan, juga bisa dijadikan sebagai miniatur dari gambaran mengenai apa yang akan terjadi pada hari akhir, ketika seluruh manusia dikumpulkan di Padang Mashar setelah kebangkitan.
Dadang menjelaskan pula bahwa prosesi berhaji yang rangkaian waktunya ketat semestinya juga menjadi pelajaran tersendiri bagi kaum Muslim.
"Orang sukses diatur waktu. Orang malas itu yang mengatur waktu. Agar disiplin. Arafah ini harus memiliki efek panjang setelah berhaji," kata dia.
"Jangan banyak keluar karena panas, di dalam tenda di Arafah zikir, istighfar dan lakukan perbaikan-perbaikan lain. Insya Allah mabrur mabruroh, kalau tidak serius maka ibadah haji bisa tidak bermakna," ia menambahkan.
Ia menekankan pula bahwa kegiatan ibadah untuk memperbaiki hubungan dengan Sang Pencipta selama berhaji tidak lepas dari hubungan dengan manusia.
Memaknai Wukuf
Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Aswadi mengatakan wukuf mengandung tiga makna penting yaitu zawal, wukuf dan arafa.
Zawal maknanya pergeseran dari terang ke gelap sebagaimana ketika matahari terbenam pada petang hari.
"Manusia terbenam menuju alam akhiratnya, menuju gelap, tapi kegelapan ini sesungguhnya terang karena hakikat hidup itu di akhirat. kemudian jamaah harus memaknai hidup ini bergerak dari alam dunia ada kehidupan akhirat," kata dia.
Sementara wukuf, menurut dia, mengandung makna kebulatan tekad memutus segala keburukan dalam lubuk hati, pikiran dan tindakan.
Dan arafa, dia melanjutkan, maknanya mengetahui dan sadar akan hakikat kehidupan bahwa dunia adalah jembatan menuju hakikat kehidupan abadi.
"Arafa itu sadar. Jika sudah demikian manusia siap menuju alam akhirat," katanya.
Baca juga:
Hujan guyur tenda jamaah di Arafah
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018