Jakarta (ANTARA News) - Indonesia terancam kehilangan devisa sebesar 4,5 miliar dolar AS jika dua industri kertas, yakni Sinarmas dan Riau Pulp, berhenti beroperasi. "Dari dua perusahaan ini (Sinarmas dan Riau Pulp) saja devisa kita akan terganggu 4 hingga 4,5 miliar dolar AS dalam satu tahun, jika keduanya berhenti beroperasi," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Rabu. Dia mengatakan, jika masalah ketersediaan bahan baku masih terhambat akibat kemelut yang terjadi antara Departemen Kehutanan dan pihak Kepolisian dalam pemberantasan `illegal logging`, maka dipastikan Oktober 2007 kedua perusahaan berhenti beroperasi. Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (Riau Pulp), Rudi Fajar mengatakan, total devisa yang akan hilang jika sampai September 2007 bahan baku kayu tidak terpenuhi mencapai 100 juta dolar AS per bulan. Sedangkan jumlah ekspor Riaupulp mencapai 1,5 hingga dua miliar dolar AS, ujar dia. Terkait dengan penurunan kualitas produk, dia mengatakan, saat ini pihaknya terpaksa menggunakan jenis akasia, padahal seharusnya jenis kayu tersebut tidak digunakan. Dia mengatakan, perubahan campuran produk yang dilakukan dengan menggunakan akasia sudah mulai dipertanyakan oleh para konsumen. Hal terburuk yang dapat terjadi konsumen mengundurkan diri. "Jika awalnya kita mengatakan hal tersebut karena kesalahan teknis, maka saat ini kita sudah tidak bisa mengatakan hal tersebut, dan kita menjawab bahwa di Indonesia sedang terjadi masalah kehutanan," katanya. Sementara itu, General Manager Sinarmas, Joice Budisusanto mengatakan, tidak hanya konsumen yang mempertanyakan hal tersebut tetapi juga para kreditor. "Pengusaha kecil atau kontraktor serta koperasi masyarakat yang sudah jadi binaan kita pinjamannya tidak dapat dibayar," ujar dia. Menurut Joice, total ekspor Sinarmas untuk kertas mencapai tiga miliar dolar AS per tahun. Dan ekspor dilakukan ke lebih dari 50 negara. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007