Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu sore terus terpuruk karena kekhawatiran gejolak pasar uang global meningkat, akibat gagal bayar sektor perumahan di Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.410/9.415 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.350/9.355 per dolar AS atau turun 60 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova di Jakarta mengatakan, Bank Indonesia (BI) harus dapat mengantisipasi kondisi ini, karena rupiah berpeluang besar untuk bisa mencapai level Rp9.500 per dolar AS. Apabila rupiah bisa menembus angka tersebut, maka investor akan hilang kepercayaan terhadap mata uang lokal itu, katanya. Rupiah, lanjut dia, saat ini sangat menakutkan meski ekonomi Asia yang dipimpin China dan India kemungkinan akan dapat mengatasi gelombang tekanan pasar global. Namun Indonesia sendiri agak berat untuk mengatasi karena pertumbuhan ekonomi nasional masih jauh dibanding kedua negara Asia itu, katanya. Tingkat rupiah yang akan mencapai level tersebut juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional, tegasnya. Menurut dia, gejolak pasar uang global yang dikatakan mulai berkurang hanyalah untuk mengurangi kekhawatiran itu, namun kenyataannya tekanan tersebut makin besar, bahkan indeks Dow Jones saja merosot 200 poin. "Kami mengharapkan pemerintah dapat mengantisipasi tekanan global itu, sehingga tekanan pasar terhadap rupiah bisa berkurang," katanya. "Kita saat ini hanya melihat dan menunggu (wait and see) perkembangan pasar global lebih lanjut, katanya. Dia menambahkan, rupiah juga tertekan oleh membaiknya pasar uang regional, karena indeks Dow Jones melemah sebesar 200 poin. Sementara itu dolar AS di pasar uang regional mencapai 117,45 yen naik dibanding hari sebelumnya 117,19 yen, ero terhadap yen jadi 158,79.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007