Bogor (ANTARA News) - Penyelenggaraan Asian Games 2018 menjadi perhatian warga untuk melihat dan menyaksikan kemeriahannya dan warga setempat berbondong-bondong mengunjungi arena pertandingan paralayang di Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Gunung Mas, Puncak menjadi salah satu arena cabang olahraga Paralayang pada Asian Games 2018.
Neng Salma (38) warga Desa Kopo, Cisarua, tengah asik berswafoto bersama suami dan dua anaknya. Tidak ketinggalan ia mengajak serta adiknya yang juga membawa suami dan anaknya.
Menurut Neng, anaknya yang bernama Rasyid (9) menangis ingin melihat paralayang.
"Kebetulan juga lagi libur beres turun tamu, anak teh nangis-nangis habis dikasih liat video paralayang, langsung minta diajak kemari (arena-red)," kata Neng memberi alasan.
Neng bersama suami dan dua anaknya datang menggunakan sepeda motor. Menempuh perjalanan kurang lebih delapan kilo meter menuju arena pendaratan paralayang, di Gunung Mas.
Sebagai warga Puncak, Bogor, ia mengaku bangga daerah tempat tinggalnya ikut menjadi tuan rumah Asian Games untuk paralayang.
"Pasti bangga lah, Bogor kan jadi terkenal. Apalagi Asian Games ini diikuti suruh negara Asia, mulai Asia Tenggara sampai Asia Tengah," kata ibu tiga anak tersebut.
Kebanggaan bukan hanya karena nama Bogor semakin dikenal, tapi kehadiran para atlet-atlet dari sejumlah negara tersebut juga menambah kebanggaan bagi warga Puncak.
"Suami saya kan penjaga vila, dengan Asian Games ini Puncak jadi tambah rame," katanya.
Ia mengatakan, perhelatan Asian Games berdampak bagi warga sekitar, terutama sektor perekonomian. Warga sekitar mendapat keuntungan dari warung-warung yang dikunjungi oleh para tamu, relawan dan official Asian Games.
"Banyak juga warga yang memanfaatkan momen Asian Games berjualan, liat aja nanti, pas pertandingan dimulai, pasti banyak yang datang jualan," katanya.
Kebanggaan yang sama dirasakan pula oleh Muhammad Omo Syamsudin (42) suami dari Neng Salma. Sebagai warga asal Majalengka, ia tidak hanya bangga Puncak sebagai arena tapi juga kampung halamannya ikut jadi arena Asian Games.
"Ada kebanggan tersendiri kalau kampung atau tempat tinggal kita jadi tempat bersejarah Asian Games, apalagi ini acara internasional," katanya.?
Untuk mendukung Asian Games, Neng dan Omo berencana untuk ikut menyaksikan pertandingan bersama anak-anaknya.?
Bahkan Omo berencana pulang ke Majalengka untuk menyaksikan pertandingan kano yang berlangsung di kampung halamannya.
"Insha Allah tanggal 29 Agustus pulang ke Majalengka untuk lihat Asian Games," katanya.
Menurut relawan INASGOC, sejak kemarin (Jumat, 17/8) warga sudah banyak berdatangan ke arena landing Paralayang. Hari ini jumlah warga yang datang jauh lebih banyak.
Antusiasme warga datang ke arena Paralayang untuk menyaksikan dan mengabadikan momen Asian Games dengan berswa foto di arena, atau bersama para atlet internasional.
"Sekarang kan lagi rame foto-foto, jadi kami ke sini ya untuk berselfie aja, sambil liburan," kata Hasanah (34).
Hasanah mengajak serta suami dan anaknya berusia sembilan tahun untuk mengisi libur akhir pekan di arena paralayang.
Ibu satu anak ini berharap dapat menonton perlombaan paralayang dengan harga tiket yang terjangkau. Karena menurut informasinya harga tiket dibandrol Rp75 ribu.
"Iya kita maunya sih gratis. Tapi kalau harus bayar, harganya samakan dengan harga tiket tempat wisata umum di Puncak ini, seperti TWM cuma 35 ribu," katanya.
Menurutnya, cukup berat jika harus membayar Rp75 ribu, untuk tiga orang nilainya cukup besar nominalnya.
"Kalau sudah 200 ribu lebih, mahal sekali, belum lagi untuk uang jajannya," kata Hasanah.
(KR-LR/D011)
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018