Padang (ANTARA News) - Buku berjudul Bung Hatta dan Pendidikan Karakter yang ditulis oleh Silfia Hanani dan Susi Ratna Sari akan diluncurkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 29 Agustus 2018.
Rencananya putri pertama Bung Hatta yakni Meutia Hatta akan menghadiri peluncurannya yang akan digelar di Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi, kata penulis buku Bung Hatta dan Pendidikan Karakter Silfia Hanani saat dihubungi dari Padang, Sabtu.
Ia menyampaikan buku tersebut berisi tentang pemikirian sang proklamator dan bagaimana kepribadian Bung Hatta yang selalu memberikan keteladanan dan memegang teguh jati diri.
"Sikap sederhana, hemat, anti korupsi, seorang yang memiliki literasi yang tinggi sampai pada sikap kecintaannya kepada tanah air dari Bung Hatta perlu disebarluaskan kepada generasi penerus bangsa lewat buku ini," kata Silfia yang merupakan dosen IAIN Bukittinggi.
Ia menyampaikan kesederhanaan Bung Hatta, dapat dirujuk untuk mewujudkan generasi yang anti korupsi dilihat dari sikapnya yang sangat berhati-hati dalam mempergunakan fasilitas negara.
Bung Hatta pernah mengembalikan sisa uang berobatnya kepada negara, pernah menolak menerima amplop tebal berisi uang, pernah pula menolak hadiah mobil mewah. Tokoh proklamator ini bahkan pernah menolak permintaan adiknya supaya memberikan ketebelece agar memudahkan pemasangan telepon ke rumah, pernah pula menolak permintaan keluarga agar menjemput ibu dengan mobil dinas wakil presiden, kata Silfia.
Baca juga: Mengunjungi rumah kelahiran proklamator Bung Hatta
Baca juga: Meutia Hatta: cita-cita Bung Hatta belum tercapai
Tidak hanya itu saja, Bung Hatta juga pernah menasihati putri keduanya dalam berkirim surat pribadi agar jangan mempergunakan amplop milik negara, sekalipun itu kecil dan remeh temeh.
Pernah pula menegur pembantu pribadi untuk mengembalikan empat helai kertas milik negara yang digunakan untuk menulis surat urusan keluarga, lanjut dia.
Selain itu, menurut dia, Bung Hatta juga dikenal menjaga komitmen dalam urusan waktu dan janji serta disiplin dan tidak mudah membuat keputusan yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah dikomitmenkan.
Silfia mengatakan masyarakat juga bisa menteladani literasi Bung Hatta yang dikenal sebagai sosok yang suka membaca sesibuk apapun dan dalam situasi bagaimanapun.
Ketika Bung Hatta diasingkan oleh Belanda ke Boven Digoel, Papua, dan Banda Naire, Maluku, yang tidak ditinggalkan Bung Hatta adalah buku.
"Tidak sedikit buku yang dibawanya, berpeti-peti sehingga buku itu menjadi teman abadi. Sehingga (Bung Hatta) mengatakan aku rela dipenjara, asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, dalam penjara itu pula Bung Hatta menulis buku. Salah satu buku yang ditulisnya saat dipenjara adalah Alam Pikiran Yunani, kemudian buku ini menjadi mahar ketika Bung Hatta menikah dengan Rahmi Rahim pada 18 November 1945 di Mega Mendung.
Selain itu, Bung Hatta juga terkenal sebagai seorang tokoh ekonomi kerakyatan dengan membangun kesejahteraan rakyat melalui koperasi dengan basis kejujuran, kekeluargaan dan gotong royong.
Silfia berharap buku tersebut dapat menjadi salah satu rujukan dan sebagai salah satu modal bagi generasi untuk mewujudkan masa depan yang berkemajuan dan beradab.
Baca juga: Pemikiran Bung Hatta diterbitkan kembali dalam buku
Baca juga: Antara doeloe: Bung Karno kundjungi Hadji Hatta
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018