Sebatik, (ANTARA News) - Kondisi daerah tapal batas di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara masih memprihatinkan, khususnya keterbatasan infrastruktur.
"Perbatasan itu ibarat ruang tamu sebuah negara sehingga perlu ditata dengan baik, dilengkapi sarana dan prasaran yang memadai," kata guru pendamping pelajar Siswa Mengenal Nusantara (SMN) Mohamad Sodeli dari SMAN 44 Jakarta di Sebatik, Sabtu.
Apalagi jika dibandingkan dengan kemajuan Kota Tawau, Sabah Pulau Sebatik yang kondisinya sangat kontras.
Ia juga menyarankan agar kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di perbatasan lebih diperhatikan.
“Jangan sampai, Warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di perbataaan itu merasa tidak diperhatikan sehingga bisa membuat mereka berpaling ke negara tetangga,” ujarnya.
Pulau Sebatik sebuah pulau di sebelah Timur laut Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Kota Tawau, Sabah, Malaysia dan termasuk Daerah Istimewa 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan).
Pulau Sebatik terbelah menjadi dua zona teritorial, yakni sebelah Utara 187,23 km persegi milik Malaysia, sedangkan 246,61 km persegi yang dimiliki oleh Indonesia.
Sebagian wilayah Sebatik Malaysia jadi areal perkebunan sawit, sedangkan wilayah Indonesia jadi pemukiman warga.
Baca juga: Pupuk Indonesia serahkan bantuan ke Sebatik
Baca juga: SMN asal Jakarta pelajari hutan mangrove Tarakan
Pewarta: Iskandar Zulkarnaen
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018