Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri Timor yang baru diangkat Xanana Gusmao, Selasa menuduh bekas partai yang berkuasa Fretilin tidak menghentikan aksi kekerasan yang terus berlangsung di negara kecil itu.
Fretilin meraih suara terbanyak dalam pemilihan parlemen 30 Juni tapi tidak memiliki mayoritas yang diperlukan untuk memerintah, sementara partai Xanana Gusmao yang berkoalisi dengan partai-partai lainnya setelah pemilu itu menguasai 37 kursi di parlemen yang memiliki 65 kursi.
Pengumuman hahwa pihaknya akan duduk di pemerintahan pekan lalu menimbulkan protes-protes dari Fretilin yang mengklaim bahwa pemerintah itu tidak sah dan aksi kekerasan sporadis meletus di Dili dan beberapa distrik timur di mana partai itu paling banyak pendukungnya.
"Para politikus tidak ingin meneruskan pandangan-pandangan mereka ke bawah untuk mengekang aksi kekerasan yang timbul karena kekalahan mereka sendiri," kata Xanana Gusmao dalam satu pertemuan para kepala distrik seperti dikutip AFP.
Ia mengaku tahu beberapa pemimpin Fretilin telah mengunjungi basis-basis mereka tapi mengatakan mereka tidak di sana untuk menenangkan rakyat.
Mantan PM Mari Alkatiri dari Fretilin, yang mempelopori kecaman partai itu, Senin mengatakan bahwa para pemimpin mereka berniat akan mengemukakan kepada para pendukung mereka agar tenang.
"Politik-politik mereka adalah rakyat harus menderita, mereka saling bunuh, mereka saling membakar rumah-rumah mereka, saling menghancurkan milik mereka," kata Xanana Gusmao.
PM itu mengatakan ia berencana akan memanggil komite sentral Fretilin untuk menanyakan mereka apakah mereka ingin melihat rakyat di negara miskin itu, yang memperoleh kemerdekaan tahun 2002 tetap menderita.
"Saya akan mengemukakan kepada mereka bahwa anda (para anggota Fretilin) adalah yang membawa kehancuran bagi Fretilin, dan adalah anda yang telah mengizinkan nama Fretilin menjadi ternoda," kata Xanana Gusmao.
Alkatiri, Senin mengatakan bahwa orang-orang lain berlaku sebagai pendukung Fretilin dalam usaha menghancurkan reputasi partai itu.
Banyak penghasut kerusuhan-- yang termasuk pembakaran, paling tidak satu perampokan dan pelemparan batu -- meneriakkan yel-yel Fretilin dan mengibarkan bendera-bendera Fretilin, kata para saksimata.
Pemerintah baru Timor Leste menghadapi tugas besar yang harus ditangani negara itu setelah kerusuhan di jalan-jalan Dili tahun lalu yang menewaskan paling tidak 37 orang dan memaksa sekitar 155.000 orang mengungsi, sebagian besar mereka masih bertahan di kamp-kamp pengungsi. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007