Jakarta (ANTARA News) - Penentuan lokasi dan besaran gempa bumi yang terjadi di Indonesia kini dapat diperoleh dalam kurun waktu yang sangat cepat berkat sistem peringatan dini tsunami, salah satunya lewat sistem yang dibangun dengan kerjasama Indonesia-Jerman (GITEWS). "Gempa bumi di dekat Indramayu pada tanggal 9 Agustus lalu memang bisa kita ketahui dalam waktu yang sangat cepat, yaitu 4 menit dan 38 detik," kata Kabid Geopotensial dan Tanda Waktu Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dr Masturyono, di Jakarta, Selasa. Deteksi yang sangat cepat itu berhasil didapat lewat sistem peringatan dini proyek buatan Jerman (GITEWS). Khusus tentang posisi sumber gempa, data sudah bisa diperoleh dalam waktu 2 menit dan 11 detik. Bila dibandingkan dengan pusat pemantau tsunami Pasifik (PTWC) di Hawaii baru bisa mempublikasikan data lokasi episentrum dan magnitude gempa setelah selang 17 menit berlalu. Kecepatan analisis ini, seperti dikutip dari pernyataan resmi produsen perangkat lunak sensor GITEWS, GFZ Potsdam, bisa tercapai berkat sistem perangkat lunak yang disebut dengan "SeisComP" ("Seismological Communication Processor"), yang telah dipasang di kantor pusat BMG di Jakarta. Masturyono menjelaskan, alat sensor dan stasiun pemantau gempa yang telah dipasang di seluruh Indonesia kini sedang diintegrasikan dalam sistem "SeisComP", ini juga sebagai salah satu upaya menjadikan analisa gempa bumi di Indonesia sebagai tulang punggung Sistem Peringatan Dini Tsunami Samudera Hindia. Jaringan seismologi GITEWS sendiri rencananya akan ditaruh 23 titik, sembilan di antaranya telah terpasang di Pulau Nias, dua di Pulau Sumatera, Pulau Krakatau, dua di Pulau Jawa, Kalimantan, Pulau Flores, dan Maluku. BMG menargetkan pada tahun 2008 sekitar 180 sensor dan stasiun pemantau akan dipasang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu di kesempatan berbeda, Kepala BMG Sri Woro B. Harijono mengatakan bahwa sebenarnya kemampun Indonesia untuk bisa mendapat informasi tentang sumber dan kekuatan gempa bumi dalam tempo 5-10 menit adalah sebuah lompatan yang sangat besar. "Mengingat pada saat tsunami menghantam Aceh pada akhir tahun 2004, kita hanya punya satu sensor gempa yang hasil analisanya baru bisa diperoleh paling cepat 30 menit setelah gempa," kata dia. Sekarang, tambah Woro, gempa bisa dideteksi dalam waktu 5-10 menit, "Termasuk informasi tentang peluang munculnya tsunami, baik tsunami lokal atau yang sangat lokal." Meski demikian, Woro mengingatkan bahwa Indonesia membutuhkan analisa data yang lebih cepat dari lima menit. "Karena sifat tsunami yang lokal dan sangat lokal di Indonesia, 5-10 menit untuk menganalisa gempa itu masih terlalu lama. Semakin ke timur, sifat gempa semakin lokal, itu artinya penduduk yang tinggal di pesisir pantai bisa langsung tersapu tsunami dalam waktu kurang dari lima menit sejak gempa terjadi," kata dia memaparkan. Di Indonesia bagian barat, masih kata Woro, tsunami yang terjadi biasanya bersifat lokal, sementara semakin ke timur tsunami makin bersifat sangat lokal.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007