Jakarta, (ANTARA News) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assiya Szami Ilman menyatakan bahwa keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin diharapkan dapat mampu mempertahankan daya saing pasar keuangan.

"BI 7 Days Reverse Repo Rate berada di level 5,5 persen dari sebelumnya 5,25 persen. Kembali naiknya suku bunga acuan BI adalah sebagai bentuk upaya mempertahankan daya saing pasar keuangan dan menjaga defisit transaksi berjalan," kata Assiya Szami Iiman di Jakarta, Kamis.

Menurut Assiya, keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate merupakan keputusan yang tepat untuk saat ini.

Hal itu, ujar dia, dikarenakan adanya potensi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya kembali pada September dan akhir tahun.

Langkah menaikkan suku bunga acuan diharapkan bisa menumbuhkan insentif investasi di produk keuangan domestik sehingga, peningkatan suku bunga acuan tersebut sewajarnya dilakukan.

"Selain itu, perlu juga pemerintah melakukan `financial deepening` (meningkatkan ketersediaan jasa keuangan) dalam bentuk kemudahan akses produk keuangan bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosioekonomi. Dengan menggiatkan financial deepening, perekonomian Indonesia ke depannya dapat lebih tahan akan goncangan perekonomian global," jelasnya.

Assiya mengungkapkan, sebagai salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan partisipasi dalam jasa keuangan.

Ia mengingatkan bahwa berdasarkan World Bank?s Global Findex hingga 2017, baru 49 persen masyarakat dewasa Indonesia yang memiliki akun di lembaga keuangan.

Selain dari sisi individu, pemerintah juga dapat mendorong instansi pemerintah dan juga BUMN untuk melakukan investasi dalam bentuk obligasi pemerintah.

Berbagai upaya yang mendukung peningkatan literasi keuangan di masyarakat sangat penting dilakukan. Pemerintah telah mencatatkan progress yang baik dalam hal ini mengingat pada 2014 hanya ada 36 persen masyarakat dewasa Indonesia yang memiliki akun produk keuangan berdasarkan World Bank's Global Findex.

"Harapannya, pemerintah dapat terus berkomitmen dalam inklusi keuangan dan juga perlu dukungan dari industri keuangan dan pemerintah daerah," jelasnya.

Meski demikian, ia menyebutkan bahwa BI tetap perlu mengantisipasi langkah The Fed yang diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua bahkan tiga kali lagi hingga awal tahun depan, karena kenaikan suku bunga tersebut nantinya dikhawatirkan akan kembali melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca juga: BI naikkan bunga acuan jadi 5,5 persen

Baca juga: Pengusaha tidak kaget BI naikkan suku bunga

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018