Tambolaka, NTT (ANTARA News) - Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), setiap tahun rata-rata mendatangkan sekitar 4.800 ekor babi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk memenuhi kebutuhan daging di daerah itu.
"Kebutuhan babi di Sumba Barat Daya memang sangat tinggi, terutama untuk kepentingan urusan adat istiadat, sehingga setiap bulan rata-rata kami harus mendatangkan 400 ekor babi dari Lombok," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumba Barat Daya, Rihimera A. Praing di Tambolaka, Sumba Barat Daya, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu, dalam pertemuan dengan belasan wartawan dari berbagai media massa, dan tim dari "Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture" (PRISMA).
Prisma adalah, sebuah program yang dilaksanakan atas kerja sama Australia-Indonesia, yang bekerja untuk menciptakan perubahan sistemik yang berkelanjutan, dan dapat terus berjalan meskipun program telah berakhir.
Menurut dia, masyarakat membeli babi di Lombok dengan harga berkisar antara Rp3-4 juta, lebih murah dibanding harga babi di Pulau Sumba yang berada pada kisaran Rp7-16 juta per ekor.
Selain itu, populasi babi di Sumba Barat Daya yang hanya berkisar 700 ribu ekor, menurun setelah adanya serangan hama "hog cholera".
Mengenai upaya menekan impor, dia mengatakan, pemerintah terus mendorong masyarakat untuk beternak yang baik dengan menggunakan pakan yang berkualitas sehingga waktu pemeliharaan bisa lebih cepat 6-7 bulan dari pada menggunakan cara tradisional dengan waktu pemeliharaan berkisar 1,5-2 tahun.
"Selain melakukan vaksin agar ternak piaraan masyarakat tidak terserang penyakit," katanya.
Hasilnya pada tahun 2017, impor babi antarpulau dari Lombok sudah mulai bisa ditekan menjadi sekitar 300 ekor per bulan.
Dia berharap, paling lambat 2022 mendatang, Sumba Barat Daya tidak lagi mendatangkan babi dari Lombok, tetapi mengirim babi keluar dari Pulau Sumba untuk dijual ke daerah lain di Indonesia.
Baca juga: Jumlah babi kalahkan sapi di NTT
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018