Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, menurut Xinhua, turun hanya 0,04 persen menjadi 96,9595 pada akhir perdagangan setelah melonjak ke posisi 96,984 sebelumnya, tertinggi sejak Juni 2017.
Para analis mengatakan gejolak ekonomi saat ini di Turki telah membebani euro dan juga meningkatkan permintaan pasar terhadap mata uang safe-haven seperti yen Jepang, franc Swiss dan dolar AS.
Euro mencapai posisi terendah 13 bulan di 1,1301 dolar AS pada siang hari sebelum naik sedikit di akhir perdagangan.
Di sisi ekonomi AS, penjualan ritel AS mencapai 507,5 miliar dolar AS pada Juli, meningkat 0,5 persen dari bulan sebelumnya, menurut Departemen Perdagangan pada Rabu (15/8).
Sementara itu, persediaan bisnis AS naik 0,1 persen pada Juni dan penjualan meningkat 0,3 persen. Namun, rasio persediaan terhadap penjualan turun menjadi 1,33 dari 1,34, departemen melaporkan.
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,1344 dolar AS dari 1,1338 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2692 dolar AS dari 1,2711 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7237 dolar AS dari 0,7234 dolar AS.
Dolar AS dibeli 110,58 yen Jepang, lebih rendah dari 111,20 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9927 franc Swiss dari 0,9945 franc Swiss, dan menjadi 1,3137 dolar Kanada dari 1,3084 dolar Kanada.
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kecemasan pasar atas anjloknya euro
Baca juga: Makin mahal akibat dolar AS menguat, harga minyak turun
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018