"Palestina berterima kasih kepada pemerintah Indonesia untuk menghapuskan pajak impor bagi produk Palestina dan ini akan membuat kami lebih bersemangat untuk berdagang dengan Indonesia," kata dia dalam koferensi pers di Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Rabu.
Terkait kekhawatiran sebagian kalangan bahwa pembebasan tarif akan dimanfaatkan Israel untuk mengekspor produk-produknya ke Indonesia, menurut Al Habbash wajar karena faktanya saat ini Palestina dicaplok Israel.
"Untuk kita pahami kondisi di Palestina memang sulit disebabkan pendudukan Israel yang memberikan dampak pada semua hal di pemerintahan, tapi pemeintah Palestina terus berupaya agar perdagangan menjadi lebih mudah," kata dia.
Al Habbbash pun mengakui bahwa hingga saat ini Palestina lebih mudah untuk impor daripada ekspor, namun pemerintah Palestina akan mencari jalan agar pengusaha Palestina dapat memanfaatkan insentif yang ditawarkan Indonesia tersebut.
Pemerintah Indonesia berencana memberlakukan tarif 0 persen untuk produk minyak zaitun dan kurma Palestina yang akan mulai efektif pada September 2018.
Melalui insentif tersebut, pemerintah memperkirakan impor kurma dari Palestina akan tumbuh sekitar 11,62 persen dalam kurun waktu 1 tahun, bila Palestina dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Di sisi lain, Palestina juga mengharapkan lebih banyak wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Palestina dengan memanfaatkan perjalanan umroh dan haji bagi Muslim, serta ziarah bagi umat Kristen.
"Kami berupaya menguatkan kerja sama antara Palestina dan Indonesia dalam pariwisata, kehadiran lebih banyak turis Indonesia, baik Muslim maupun Kristen, siapa saja, akan menumbuhkan ekonomi rakyat Palestina," kata dia.
Data Kedutaan Besar Palestina di Jakarta menyebutkan sekitar 70 ribu turis Indonesia mengunjungi Al Quds Al Sharif atau Yerusalem pada 2017.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018