Jakarta (ANTARA News) - Partai Sarikat Indonesia (PSI) yang tidak lolos electoral treshold pada Pemilu 2004 lalu bertekad untuk kembali mengikuti Pemilu 2009 dengan membentuk partai baru. "Kami tidak ingin bergabung dengan partai lain jadi sesuai Undang Undang maka kami memutuskan untuk membentuk partai baru," kata Ketua Umum PSI Rahardjo Tjakraningrat dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa. Keputusan diambil oleh partai yang beraliran nasionalis religius itu setelah melaksanakan kongres selama dua hari yang dihadiri oleh 421 DPC dan 32 DPD PSI dari seluruh Indonesia. "Hasil kongres menyatakan bahwa dalam sebulan partai baru sudah harus terbentuk, termasuk pengurus DPP dan AD/ART," papar Rahardjo. Pendaftaran partai baru tersebut ke Departemen Hukum dan HAM akan segera dilakukan setelah pembentukan dari partai yang belum diberi nama, meskipun anggota Kongres telah menyetujui dua nama yakni "Partai Persatuan Sarikat Indonesia" dan "Partai Sejahtera Indonesia". Kemiripan dua nama yang disetujui anggota Kongres itu dengan nama partai lama diakui oleh Rahardjo semata-mata untuk memudahkan sosialisasi. "Para pengurus partai di daerah menganggap menyosialisasikan partai baru itu sulit, harus ada unsur yang sudah dikenal. Makanya lambang partai baru nantinya diharapkan tidak jauh berbeda, warnanya juga harus sama," ujar Rahardjo. Partai baru tersebut tidak lagi akan mengusung isu korupsi dan kemiskinan karena disebut Rahardjo isu itu sudah "terlalu biasa" sehingga tim penelitian dan pengembangan (litbang) akan mencari isu lain, namun tetap tidak menyimpang dari jiwa nasionalis religius partai yang dianut partai tersebut. Rahardjo mengaku bahwa partainya meskipun tidak "dikenal" di Jakarta maupun di Jawa pada umumnya, namun ia mempunyai pengaruh di daerah, terutama di Indonesia Timur seperti Papua, NTB dan Maluku. "Jakarta memang `loyo` (perolehan suaranya). Kami memang fokus ke daerah," katanya. "Memang di DPR Pusat tidak ada perwakilan kami, tapi di daerah, DPRD Tingkat I dan Tingkat II kami punya anggota," tambah Rahardjo. Ia menyalahkan "kegagalan" tersebut kepada sempitnya waktu persiapan untuk mengikuti Pemilu 2004 lalu dan menyatakan bahwa untuk Pemilu yang akan datang pihaknya akan melakukan persiapan yang lebih matang, meskipun masih pesimis dalam menentukan target. "Target kami gak muluk-muluk, yang penting bisa lolos `electoral treshold` yang katanya akan jadi lima persen," kata Rahardjo. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007