Jakarta (ANTARA News) - Indonesia selama ini dinilai tidak mempunyai daya tawar (bargaining power) terhadap negara-negara lain, bahkan seringkali dianggap sebelah mata, karena sebagian negara Asia sudah bangkit seperti China dan India, sedangkan Indonesia masih tertinggal dan berada pada posisi yang kalah. "Peralihan bisnis global di kawasan Asia Pasific, tidak membawa Indonesia sebagai negara yang berperan dalam percaturan perekonomian. Karena itu untuk membawa Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan, harus dilakukan kerjasama ekonomi yang lebih kuat lagi dengan negara-negara Asia lainnya," kata Profesor Pervez Ghauri dari Manchester Business School, Inggris di Jakarta, Selasa. Ghauri mengatakan, Indonesia harus menjadi salah satu negara "pemenang" di kawasan regional Asia Pacific seperti halnya China dan India. Karena itu bukan zamannya lagi bermain sendiri-sendiri, Indonesia harus membentuk kerjasama ekonomi kawasan yang lebih kuat lagi. Hal ini untuk meningkatkan bargaining power agar tidak mudah dipandang sebelah mata," katanya. Dia menambahkan Indonesia misalnya tidak akan punya bargaining power terhadap Amerika Serikat, selama Indonesia hanya berdiri dengan kekuatan sendiri. Kecuali Indonesia membentuk gabungan kekuatan ekonomi yang lebih kuat dengan negara-negara lainnya. "Karena bagaimanapun tidak ada negara saat ini yang dapat menghindar dari arus globalisasi, dibutuhkan kekuatan bersama untuk menghadapinya," kata Ghauri. Ghauri merupakan pembicara kunci dalam konferensi ke 2 "International Conference on Business and Management Research" yang diselenggarakan Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, di Jakarta, Selasa. Sementara itu Direktur Pasca Sarja FEUI, Ruslan Prijadi, mengatakan, tujuan diadakannya konferensi internasional itu untuk menggalakkan pemikiran dari akademisi, praktisi dan pelaku bisnis Indonesia. "Konferensi ini juga ditujukan untuk pemahaman yang lebih mendalam terhadap pergeseran faktor penggerak bisnis dan ekonomi dan tantangan-tantangan persaingan di wilayah Asia Pasifik," katanya. Ruslan menambahkan konferensi ini juga untuk membangun network bagi proyek kerjasama yang saling menguntungkan bagi dunia akademik dan bisnis serta kedepannya untuk mengintegrasikan peranan Indonesia dalam perubahan bisnis global. "Kita ingin pemikiran dan suara-suara dari Indonesia diperhitungkan dalam percaturan bisnis kawasan dan global,"ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007