New York (ANTARA News) - Media massa Amerika Serikat secara luas memberitakan kasus pertama flu burung yang membawa kematian terhadap seorang perempuan di Bali serta putrinya yang berumur lima tahun. Sorotan juga diberikan AS terhadap sikap Indonesia yang belum juga membagikan sampel virus flu burung seperti yang diharapkan Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO). Pada Selasa dinihari, pemberitaan tentang kematian perempuan akibat flu burung di Bali mulai menyebar di situs sejumlah terkemuka AS, termasuk CNN, MSNBC, CNBC, The Wall Street Journal, Nasdaq dan The Earth Times. Pemberitaan media AS antara lain mengutip Ketua Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI), Bayu Krishnamurti, yang memastikan bahwa perempuan berumur 29 tahun yang meninggal pada Minggu (12/8) di RS Sanglah Denpasar, positif terkena flu burung. Anak NLPSW, yang telah meninggal pada 3 Agustus lalu juga dinyatakan positif terkena flu burung. Kepastian diperoleh pihak FBPI berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Laboratorium Eyckman di Jakarta. Dengan kematian kedua orang dari Pulau Dewata itu, maka jumlah total kasus flu burung pada manusia di Indonesia mencapai 104 kasus, yang 83 di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melalui artikel di situs program informasi internasionalnya pada Senin (13/8) memaparkan bahwa Indonesia masih belum membagikan sampel virus flu burung, kendati pada bulan Maret 2007 Jakarta sudah menyetujui akan membagi sampel virus kepada WHO. Artikel tersebut mengatakan semua negara kecuali Indonesia sudah mulai berbagi sampel virus flu burung H5N1 kepada Jaringan Pengawasan Influenza Global WHO. Artikel tersebut juga mengutip Asisten Direktur Jenderal WHO untuk masalah penyakit menular, Dr. David Heymann yang baru-baru ini mengatakan bahwa dengan tidak membagi sampel virusnya, maka Indonesia membahayakan penduduknya sendiri karena jika virus tersebut tidak dibagi secara bebas dengan industri, vaksin tidak akan mencakup element-elemen penularan penyakit itu di Indonesia. Dengan tidak berbagi sampel, Indonesia juga dianggap membahayakan keamanan kesehatan masyarakat dunia. Pada 11 Juli lalu, Indonesia telah memastikan kasus flu burung terhadap manusia yang ke 102 yang mengenai bocah perempuan berumur 6 tahun asal Banten. Sejauh ini, WHO telah memastikan bahwa sudah 81 orang yang meninggal di Indonesia karena kasus flu burung. Di seluruh dunia, sejak tahun 2003 sudah 319 orang sakit karena mengidap H5N1 dan 192 di antaranya meninggal. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari sebelumnya telah menegaskan bahwa Indonesia akan mengirim sampel jika tersedia mekanisme Material Transfer Agreement (MTA). (*)

Copyright © ANTARA 2007