"Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta maaf atas kejadian kereta ringan atau LRT (light rail transit) mogok di Palembang, Sumatera Selatan, dan akan melakukan evaluasi secara maksimal.
Ketika ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa, Budi mengatakan, evaluasi maksimal dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
"Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri," katanya.
Budi menyebutkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) proyek LRT Palembang mencapai 95 persen, sebuah capaian yang tidak bisa ditemukan di proyek lainnya.
Ia mengatakan, jika ingin mencari aman, dengan mudah bisa saja pemerintah memilih perusahaan lain seperti Hyundai. Namun, keinginan pemerintah untuk mendukung produk dalam negeri menjadi hal yang utama.
"Saya sebagai pemilik proyek, kalau mau aman, saya tunjuk saja Hyundai, harga relatif sama dan tidak usah pusing. Tapi memang keinginan kami produk dalam negeri ini bisa jalan," katanya.
Budi melanjutkan, keberanian kedua yang dilakukan pemerintah adalah masa uji coba operasional LRT terlalu cepat sehingga belum optimal digunakan.
Menurut dia, dibandingkan proyek MRT Jakarta yang masa pengujian (commissioning) bisa mencapai enam bulan, proyek LRT Palembang hanya menjalani pengujian dua minggu.
"Bukan saya excuse, Ini kami ditarget operasional 2018. Saya memberanikan diri mendorong teman-teman agar `commissioning` dua minggu. Teman-teman menolak tapi saya bilang ini harus dilakukan," ujarnya.
Oleh karena itu, Budi meminta maaf kepada masyarakat atas beberapa masalah yang terjadi.
Ia mengakui berdasarkan identifikasi sementara, dua mogok pertama terjadi karena ada kesalahan standar operasional prosedur (SOP) dan mogok ketiga terjadi karena alasan teknis.
"Oleh karena itu, saya sudah tugaskan kepada semua pemangku kepentingan baik Kemenhub, Waskita, LEN, INKA, untuk benar-benar menjaga semua instalasi dengan baik. Insya Allah bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kejadian seperti itu," pungkasnya.
Sejak resmi beroperasi membawa penumpang pada 23 Juli 2018, pada 1 Agustus 2018, LRT Palembang berhenti mendadak di dua kilometer sebelum Stasiun Jakabaring akibat pintu tidak dapat ditutup lantaran sensor keselamatan sangat sensitif.
Kemudian pada 10 Agustus 2018, LRT juga berhenti mendadak di Stasiun Bumi Sriwijaya karena VDU (Vehicle Display Unit) tidak dapat membaca posisi kereta.
Lalu kejadian serupa kembali terjadi saat LRT Palembang membawa ratusan penumpang pada Minggu (12/8) sore.
Terhadap tiga kejadian ini, dilakukan evakuasi penumpang karena kejadian kereta berhenti telah melebihi 20 menit. Penumpang kemudian digiring
petugas melintasi jalur pejalan kaki yang ada di sisi rel yang aman dari arus listrik untuk menuju stasiun terdekat, seperti sempat viral di media sosial.
Baca juga: Pascamogok, pemerintah evaluasi menyeluruh LRT Sumsel
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018