Yogyakarta (ANTARA News) - Tim relawan tenaga teknis ahli bangunan dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada menyatakan berdasarkan hasil asesmen banyak bangunan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang kualitasnya belum memenuhi standar sehingga rawan terhadap gempa.

"Kami menemukan banyak bangunan yang roboh itu, pertama karena tidak punya balok dan kolom beton bertulang. Itu yang paling parah. Ada pula yang sebenarnya sudah ada beton bertulang tapi tidak saling berkait," kata salah satu anggota tim relawan dari Fakultas Teknik UGM Ashar Saputra di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, banyak bangunan di Lombok yang dibangun tanpa melibatkan tenaga ahli bangunan sehingga kurang memperhatikan aspek kekuatan bangunan.

Sebelumnya, tim relawan dari Fakultas Teknik diterjunkan UGM pada Senin (6/8) berbarengan dengan penerjunan tenag medis. Sedangkan kegiatan pemeriksaan bangunan dilaksanakan pada Selasa (7/8) dan Rabu (8/8) dengan mengacu pada prosedur standar ATC-20 (Applied Technology Council-20).

Ashar mengatakan pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan keamanan bangunan jika difungsikan kembali, khususnya untuk bangunan penting, seperti rumah sakit. Menurut dia, sebagian besar banguah rumah sakit di Lombok masih bisa difungsikan kembali.

"Kira-kira 75-80 persen bangunan rumah sakit masih layak untuk operasional," kata dia.

Ia mengatakan UGM akan kembali mengirim tim asesmen ke Lombok untuk memastikan kembali keamanan bangunan pascagempa ketiga. Meski demikian, hasil asesmen, menurutnya, tidak akan jauh berbeda dari hasil asesmen yang telah dihasilkan sebelumnya.

Selain memeriksa bangunan fasilitas kesehatan, tim ini juga memeriksa fasilitas publik lainnya, seperti sekolah, bangunan ibadah, serta berbagai prasarana umum. Pemeriksaan terhadap rumah-rumah warga juga akan dilakukan oleh UGM dengan menggandeng serta memberikan pelatihan pada tenaga relawan dari perguruan tinggi di Lombok serta LSM.

Ia berharap pemerintah daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum di Lombok memaksimalkan pengawasan terhadap prosedur standar pembangunan, khususnya untuk fasilitas publik.

Dosen Teknik Geologi UGM Agung Setianto mengatakan prediksi terhadap potensi gempa di Lombok yang terletak di atas sesar Flores cukup sulit karena minimnya penelitian terhadap aktivitas lempeng ini. Meski demikian, untuk saat ini penanganan potensi bencana dapat dilakukan dengan melakukan pemetaan kondisi geografis daerah tersebut.

Pada 26 Agustus 2018 tim dari Teknik Geologi UGM akan berangkat ke Lombok untuk memberikan pelatihan pengambilan data dengan mitra-mitra lokal yang sesuai dengan kebutuhan. Usai pengumpulan data, tim ini kemudian akan merancang pemetaan secara digital yang dapat digunakan untuk memberikan berbagai informasi spasial.

Dekan Fakultas Teknik UGM Prof Nizam mengatakan tim dari UGM senantiasa siap memberikan bantuan penanganan dampak bencana gempa di Lombok.

"Kita semua berharap dan berdoa agar kondisi segera tenang dan tidak banyak korban lagi. Tim relawan UGM berkomitmen untuk terus membantu saudara-saudara di sana, bahu-membahu dengan masyarakat, perguruan tinggi setempat, rumah sakit, pemerintah daerah, dan pihak-pihak yang berwenang," kata Nizam.

Baca juga: Bangunan tua di Ampenan roboh pascagempa susulan
Baca juga: Presiden janjikan perbaikan fisik bangunan di NTB


Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018