Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi melemah menembus level Rp9.350 per dolar AS, karena pelaku pasar masih membeli dolar AS.
Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.352/9.355 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.325/9.348 per dolar AS atau turun 27 poin.
Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, mengatakan gejolak pasar uang global masih menekan rupiah, sehingga mata uang lokal tetap terpuruk.
Meski gejolak itu dinilai masih dalam batas toleransi, namun rupiah terus melemah mendekati level Rp9.400 per dolar AS, katanya.
Pelemahan rupiah, menurut dia, masih dapat ditolerir dibanding dengan mata uang negara lainnya seperti Baht, Thailand dan Peso, Filipina.
Rupiah masih dapat melakukan penyesuaian, karena itu pelemahannya masih realistis, katanya.
Ia mengatakan, rupiah sepanjang pekan ini diperkirakan masih negatif. Jadi kalau tidak ada hambatan rupiah akan bisa menembus level Rp9.400 per dolar AS.
Seandainya rupiah terus melemah di atas level Rp9.400 per dolar AS, maka ini sangat mengkhawatirkan karena akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap rupiah, ucapnya.
Meski demikian, menurut Ruri Nova, Bank Indonesia (BI) akan terus memantaunya dan bahkan akan melakukan intervensi pasar apabila tekanan negatif terus menekan rupiah hingga mendekati level Rp9.400 per dolar AS.
"Kami harapkan BI akan menjaganya sehingga rupiah tidak akan berada pada kisaran angka tersebut, apalagi BI memiliki cadangan devisa yang cukup besar," katanya.
Ia mengatakan, BI saat ini sudah melakukan antisipasi dengan tidak menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) yang masih bertengger di level 8,25 persen, masih ada waktu untuk menurunkan suku bunga tersebut, apalagi bank sentral AS juga masih mempertahankan suku bunganya.
"Kami memperkirakan bunga acuan itu akan turun pada bulan berikutnya yang didukung oleh laju inflasi yang lebih rendah," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007