Jakarta (ANTARA News) - Pelanggan telepon Selular (ponsel) pada tahun 2008 mencapai 80,7 orang, sedang puncak pertumbuhan pelanggan ponsel terjadi pada 2006 ke 2007, yakni dari 67,2 juta ke 72,7 juta pelanggan, kata Direktur Eksekutif Indonesia Developments Monitoring (IDM) Ir Munathsir M dalam siaran persnya di Jakarta, Senin. "Berdasarkan prediksi IDM Research bahwa pasar selular Indonesia sangatlah atraktif dan dalam lima tahun ke depan bisnis telepon selular di Indonesia masih akan terus berjaya dengan pelanggan akan menjadi 80 ,7 juta pada 2008," kataya. Menurut Munatshir, fakta semakin bertambahnya pelanggan ponsel tersebut menunjukkan atraktifnya bisnis selular di Indonesia, sehingga potensi pasar masih sangat besar. IDM pada awal Juli 2007, melaksanakan survei tentang tingkat kepuasan pengguna ponsel kepada 1.227 responden di 33 provinsi, yang hasilnya secara umum dapat disimpulkan bahwa responden konsumen dari 4 perusahaan telekomunikasi Indonesia yaitu Telkomsel, Indosat, Excelcomindo Pratama, Hutchison CP Telecommunications (3) merasa puas atas layanan dan tarif yang dirasakan selama ini masih dalam batas kewajaran dan cenderung tarif yang disajikan para operator tidak mahal. "Dari pendapat responden, bahwa mereka tidak ada yang merasa dirugikan dengan tarif yang dikenakan para operator, ini dapat dibuktikan terutama pada pengguna jasa telekomunikasi seluler prabayar," kataya. Sedangkan, hasil survei dari "churn rate (kartu hangus) dan tingkat kepuasan pelanggan" menunjukkan bahwa persaingan bisnis telekomunikasi sangatlah ketat. Para operator berlomba-lomba untuk menambah jumlah "customer basenya". Dalam enam bulan terakhir "perang" penjualan kartu perdana murah yang dilakukan para operator cukup marak. "Kondisi ini mendorong peningkatan churn rate (kartu hangus), akibatnya kartu perdana kini menjadi semacam Calling Card, hanya digunakan ketika pulsa masih ada dan bila sudah tidak ada pulsanya, kartu akan dibuang kemudian beralih ke kartu lain," ujarnya. Munathsir menambahkan, kartu hangus di Indonesia bisa mencapai 26% dalam setahun, sementara yang terjadi di ASEAN rata-ratanya mencapai 15%. "Tingginya churn rate, dipacu oleh murahnya harga pulsa kartu perdana bila dibandingkan dengan pulsa isi ulang. Angka ini bisa ditekan bila operator mau menjual kartu perdana dengan harga lebih tinggi dari isi pulsanya atau menjual kartu perdana tanpa pulsa ke toko. Akan tetapi tuntutan persaingan menyebabkan mereka terpaksa tidak melakukan hal semacam itu," katanya menambahkan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007