Bandung (ANTARA News) - Pihak PT Kereta Api (KA) belum menyatakan insiden anjloknya KA Gumarang di Km27+4/5 di Purwodadi sebagai aksi sabotase karena masih menunggu hasil penyelidikan yang tengah dilakukan Polda Jateng. "Penyebab kejadian itu karena sabotase atau kriminal biasa masih menunggu hasil penyelidikan Polda Jateng dan jajarannya. Kasus itu sudah masuk wilayah kepolisian dan diharapkan bisa secepatnya terungkap," kata Kepala Bidang Humas PT Kereta Api Indonesia Noor Hamidi ketika dikonfirmasi ANTARA News, di Bandung, Senin. Hingga petang ini, kata Hamidi, pihaknya belum mendapat informasi dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan Polda Jateng bersama tim dari Daop IV Semarang itu. Sedangkan PT KA Pusat sudah menurunkan tim internal untuk menyelidiki kasus itu, termasuk juga tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Noor Hamidi menyebutkan, penyebab anjloknya KA Gumarang, Minggu malam sekitar pukul 22.10 WIB, yang melukai belasan orang itu, akibat adanya ruas rel yang dipotong. "Rel itu sendiri masih tergolek di lokasi itu, motifnya perlu diselidiki. Apakah ada unsur sabotase atau kriminal biasa. Hanya kepolisian yang bisa melakukannya," katanya. Ia menyebutkan, berdasarkan laporan juru periksa jalan/rel, jalur itu dinyatakan aman. Proses pemotongan rel di lokasi tersebut yang begitu cepat, menurut Noor Hamidi, memunculkan kecurigaan dan ia berharap hal itu bisa segera terungkap. Kejadian pemotongan rel yang mengakibatkan kereta anjlok, menurut dia, bukan yang pertama. Kasus serupa sempat terjadi beberapa tahun sebelumnya di daerah Jember, Jatim, dimana rel terpotong sepanjang 1,5 meter. Namun yang terjadi di Km27+4/5 di Purwodadi ini lebih panjang lagi. Lebih lanjut, Noor mengatakan, jalur KA di kawasan itu cukup rawan pencurian kabel, kawat dan penjepit rel. Bahkan sempat pula terjadi rel (yang akan dipasangkan) disimpan melintang di lintasan KA yang terjadi pada 15 Januari 2006 lalu. "Kami mencatat ada delapan kasus gangguan dan pencurian sarana rel di sana selain penjepit rel juga plat landas, 'terpon' dan yang lainnya. Dalam beberapa kasus berhasil diungkap pelakunya," kata Noor. Ia menyebutkan, sejak 27 Juli 2007 hingga 12 Agustus 2007 diinformasikan terjadi lima kali gangguan jalur berupa pencurian sarana rel di jalur Semarang itu antara lain di Km0+400 hingga Km 1+100 (Tegal - Slawi), kemudian 5 dan 6 Agustus di jalur Tegal, Minggu (12/8) di Km102+2/32 (Comal-Sri), dan terakhir Minggu (12/8) malam di Km27+4/5 yang mengakibatka KA Gumarang anjlok. Meski ada laporan gangguan jalur dalam beberapa hari terakhir ini, namun ia belum bisa menyimpulkan apakah pelaku pemotong rel Minggu malam itu masih dalam satu sindikat atau dilakukan pihak lain. Ia menyebutkan barang bukti berupa potongan rel sudah diamankan untuk penyelidikan aparat kepolisian. "Terus terang, PT KA dan kepolisian mempunyai keterbatasan dalam melakukan pengawasan jalur, diharapkan masyarakat sekitar jalur ikut melakukan pengawasan karena jalur rel itu merupakan fasilitas umum," katanya. Menurut dia, pengawasan jalur yang dilakukan petugas juru periksa rel hanya dilakukan maksimal tiga kali, baik dengan jalan kaki maupun dengan menggunakan lori. Sehingga pada waktu-waktu tertentu masyarakat diharapkan ikut mengawasi jalur. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007