Indonesia punya hal-hal positif yang dilihat selama minggu ini. Pertumbuhan kuat, inflasi rendah, dan defisit APBN diperkirakan lebih rendah

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia berbeda dengan Turki yang tengah dilanda kekhawatiran krisis ekonomi akibat gejolak pasar keuangan.

"Indonesia punya hal-hal positif yang dilihat selama minggu ini. Pertumbuhan kuat, inflasi rendah, dan defisit APBN diperkirakan lebih rendah," katanya ketika meninjau persiapan Asian Games 2018 di Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu tetap akan memantau perkembangan gejolak pasar keuangan di Turki, mengingat semua pihak akan menganggap hal tersebut sebagai gangguan yang terjadi di pasar negara berkembang.

"Jadi kami ingin membedakan narasinya Indonesia dengan negara-negara yang selama ini memiliki kelemahan dan kerapuhan yang tinggi," ujar dia.

Mata uang lira Turki jatuh lebih dari 40 persen tahun ini menyusul kekhawatiran peningkatan kontrol ekonomi oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan memburuknya hubungan dengan AS.

Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah 157 poin menjadi Rp14.643 dibanding sebelumnya Rp14.486 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah melemah 157 poin, dampak sentimen Turki?

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan sentimen mengenai gejolak ekonomi Turki turut menjadi faktor yang membuat sejumlah mata uang di dunia, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS.

"Diketahui, Turki memiliki banyak eksposure utang terhadap Eropa sehingga ketika ekonomi Turki di ambang krisis maka akan mempengaruhi ekonomi Eropa dan dapat berdampak ke negara di kawasan Asia," kata dia.

Baca juga: Ini jurus BI redam gejolak rupiah
Baca juga: Menkeu sebut dampak krisis turki masih sebatas persepsi

Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018