Kejatuhan lira yang dimulai pada Mei sekarang terlihat pasti mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi dan itu mungkin memicu krisis perbankan

Sydney (ANTARA News) - Pasar saham Asia melemah dan mata uang euro mencapai posisi terendah satu tahun pada pada awal perdagangan Senin pagi, karena penurunan terbaru mata uang lira Turki memicu permintaan terhadap mata uang safe haven, termasuk dolar AS, franc Swiss dan yen Jepang.

Nikkei Jepang turun 0,95 persen dan indeks MSCI, indikator saham Asia Pasifik terluas di luar Jepang, melemah 0,3 persen karena bursa-bursa di kawasan ini berubah merah.

EMini berjangka untuk S&P 500 turun 0,15 persen, sementara imbal hasil surat utang (obligasi) merosot lebih jauh.

Banyak aksi awal dalam mata uang dengan euro meluncur lebih rendah, ketika lira Turki mengalami penurunan lagi ke posisi terendah sepanjang waktu sekitar 7,2400 terhadap dolar AS.

Posisi lira terakhir di 6,8450, setelah mendapat hanya sepotong dukungan ketika Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan negara itu telah menyusun rencana aksi untuk meredakan kekhawatiran investor dan pengawas perbankan mengatakan pihaknya membatasi transaksi swap.

Mata uang lira jatuh lebih dari 40 persen tahun ini menyusul kekhawatiran atas Presiden Turki Tayyip Erdogan semakin meningkatkan kontrolnya atas ekonomi dan memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat.

"Kejatuhan lira yang dimulai pada Mei sekarang terlihat pasti mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi dan itu mungkin memicu krisis perbankan," kata Andrew Kenningham, kepala ekonom global di Capital Economics, seperti dikutip dari Reuters.

"Ini akan menjadi pukulan lain bagi EM (emerging market) sebagai sebuah kelas aset, tetapi spillovers ekonomi yang lebih luas akan cukup moderat, sekalipun untuk zona euro," tambahnya.

Kenningham mencatat produk domestik bruto tahunan Turki sekitar 900 miliar dolar AS hanya satu persen dari ekonomi global dan sedikit lebih kecil dari Belanda.

Pasar ekuitas Turki kurang dari dua persen ukuran pasar Inggris, dan hanya 20 persen dipegang oleh bukan penduduk, tambahnya.

"Meskipun demikian, masalah Turki adalah headwind (faktor negatif) lebih lanjut untuk euro dan bukan kabar baik untuk aset-aser EM lainnya."

Memang, mata uang tunggal tenggelam ke palung terdalam satu tahun terhadap franc Swiss pada awal perdagangan di sekitar 1,1300 franc, sementara menyentuh level terendah 10 minggu pada yen di sekitar 125,45.

Terhadap dolar AS, euro menyentuh level terendahnya sejak Juli 2017 di 1,13715 dolar. Euro terakhir di 1,1392 dolar dan masih jauh dari puncak minggu lalu di 1,1628 dolar. Dolar melemah terhadap "safe haven" yen menjadi 110,65, tetapi sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang di 96,388.

Peso Argentina dan rand Afrika Selatan juga terjebak dalam "baku tembak".

"Risiko-risiko penularan terjadi di bank-bank Spanyol, Italia, dan Prancis yang memiliki eksposir terhadap matang mata uang asing Turki, serta Argentina dan Afrika Selatan, " kata analis memperingatkan di ANZ.

"Setumpuk besar utang perusahaan Turki dalam denominasi mata uang asing, tetapi mata uangnya turun dengan cepat dan inflasi yang mengancam menjadi eksponensial adalah kombinasi racun."

Di pasar komoditas, emas hanya menemukan sedikit dukungan dan terakhir terjebak di 1.211,80 dolar AS per ounce.

Harga minyak naik tipis dengan Brent naik lima sen menjadi 72,86 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS menambahkan 15 sen menjadi 67,78 dolar AS.

Baca juga: Wall Street turun setelah krisis Turki memukul saham bank
Baca juga: AS-Turki semakin panas seusai pemberlakuan tarif logam

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018