Jakarta (ANTARA News) - Penghargaan Achmad Bakrie 2007 dijadwalkan diserahkan kepada empat orang dan satu lembaga yang menonjol dalam bidangnya masing-masing pada Selasa malam (13/8), termasuk pada Romo Franz Magnis-Suseno yang menyatakan menolak. "Romo Magnis kami pandang tepat untuk mendapat penghargaan itu, tapi karena beliau menolak, maka dewan juri dan panitia tetap tidak akan menggantikannya dengan orang lain. Penolakan itu tidak mengabaikan fakta bahwa beliau adalah tokoh yang patut dihargai," kata Juru Bicara Dewan Juri Penghargaan Achmad Bakrie 2007, Hamid Basyaib, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin. Empat orang yang diumumkan akan menerima penghargaan Achmad Bakrie 2007 adalah Putu Wijaya di bidang kesusastraan, Prof Dr Franz Magnis-Suseno di bidang pemikiran sosial, Prof Dr Sangkot Marzuki di bidang kedokteran, Dr Jorga Ibrahim di bidang sains, dan lembaga Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi (BB Sukamandi) di bidang teknologi. Sebelum malam penganugerahan, pihak panitia melalui Freedom Institute telah menyampaikannya kepada Magnis, namun dosen pasca-sarjana pada Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, itu menolak. Penolakan itu, menurut Magnis yang warga keturunan Jerman dan telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), adalah karena melihat korban semburan lumpur panas dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, belum diperlakukan layak dan belum adanya sikap yang jelas dari pihak Lapindo. Saham PT Lapindo Brantas Inc antara lain dimiliki keluarga Bakrie, sedangkan Penghargaan Achmad Bakrie 2007 diberikan oleh keluarga besar Aburizal Bakrie dan Freedom Institute, yang berlangsung sejak 2003. Direktur Freedom Institute, Rizal Mallarangeng, mengungkapkan bahwa penghargaan Achmad Bakrie merupakan wujud perhatian Keluarga Bakrie terhadap pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Indonesia. "Penghargaan ini bertujuan untuk mendorong orang berkarya lebih baik lagi di bidang mereka masing-masing," uajrnya. Seleksi para unggulan telah dilakukan pada sejumlah nama dan lembaga. Menurut Rizal, proses seleksi memerlukan waktu selama tiga bulan, dan melibatkan sejumlah ahli di bidang kedokteran, kesusastraan, sosial, dan teknologi. "Pada saat merumuskan penghargaan ini kami sadar akan menimbulkan kontroversi, tapi pemberian penghargaan ini harus terus berjalan karena banyak pihak yang berjasa di bidang mereka," kata Rizal. Putu Wijaya menerima penghargaan Achmad Bakrie Award 2007 di bidang kesusastraan atas produktivitas dan kualitas karya-karyanya yang mencapai 20 novel, dua naskah drama, 11 kumpulan cerita pendek, serta ratusan esai dan ulasan tersiar. Franz Magnis Suseno dianggap tepat mendapat penghargaan di bidang pemikiran sosial karena telah dikenal khalayak luas sebagai guru besar (profesor) filsafat yang dengan lugas meninjau persoalan-persoalan masyarakat dari sudut pandang etika. Karya-karyanya juga dinilai memberi pengaruh pada masyarakat, seperti "Etika Politik", "Kuasa dan Moral", dan "Etika Jawa". Prof Sangkot Marzuki menerima penghargaan di bidang kedokteran karena kontribusinya yang cukup penting dalam riset kedokteran melalui bidang biologi molekuler. Sarjana kelahiran Medan, 2 Maret 1944 ini juga dikenal melalui sejumlah penemuan penting, diantaranya sistem konversi energi tubuh dan penemuan peta gen untuk penyakit Thalassemia. Dr Jorga Ibrahim adalah seorang astronom Indonesia dari generasi pertama. Ia mendapat penghargaan Achmad Bakrie 2007 di bidang sains. Ia mengkhususkan diri pada satu bidang dalam matematika murni yang disebut Geometri Diferensial.Di Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Jorga adalah orang pertama yang yang memperkenalkan bidang itu pada para mahasiswa yang mengambil kuliah pilihan kosmologi untuk meneliti struktur-struktur alam semesta. Sedangkan, Lembaga Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Cabang Sukamandi dianggap layak menerima penghargaan di bidang teknologi karena kerja keras para peneliti dan pemulia di lembaga tersebut telah membawa Indonesia mencapai swasembada pangan pada pertengahan 1980an. Lembaga itu juga telah menyelamatkan Indonesia dari ancaman kelaparan melalui sejumlah varietas padi unggul yang ditemukannya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007