Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, di Jakarta pada Senin menyatakan bahwa dukungan media massa dalam sosialisasi fenomena perubahan iklim dunia masih sangat minim. Menurut dia, penayangan iklan layanan masyarakat Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) tentang perubahan iklim di media televisi misalnya, dikenakan tarif iklan normal. "Kami harus mencari sponsor untuk bisa menampilkan iklan layanan masyarakat di televisi," katanya. Rachmat menjelaskan, saat ini pengusaha-pengusaha televisi belum melihat sosialisasi perubahan iklim sebagai kepentingan bersama. "Mereka seharusnya memandang penyebaran informasi soal perubahan iklim sebagai sesuatu yang urgen, sesuatu yang sangat penting," kata dia. Media massa, lanjut Rachmat, masih memperlakukan iklan layanan masyarakat tentang perubahan iklim sebagai "bisnis biasanya" ("bussiness as usual"). Menyikapi persoalan ini, Kementerian Negara Lingkungan Hidup bersama Sinas Mas Group, dan Yayasan SET menggelar lokakarya dan kompetisi iklan layanan masyarakat, film dokumenter, poster, dan foto tentang pemanasan global bertema "Merdeka dari Kerusakan Lingkungan". Kompetisi ini memperebutkan piala Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Sinar Mas serta hadiah Rp140 juta. Sementara itu lokakarya akan diselenggarakan di tiga kota yaitu Jakarta (13 Agustus), Pekanbaru (15 Agustus), dan Denpasar (24 Agustus). Beberapa pembicara yang akan hadir sebagai narasumber antara lain Garin Nugroho, Iman Brotoseno (Ketua Umum Asosiasi Pekerja Film Iklan Indonesia, Arthuro GP, RTS Masli, dan Aulia Rahman. "Lokakarya ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 62 tahun kemerdekaan Indonesia ini sangatlah tepat, dengan tujuan merdeka dari kerusakan lingkungan atau terlepas dari bencana lingkungan," kata Rachmat. Ia menambahkan, kegiatan lokakarya dan kompetisi ini merupakan salah satu momen penting dalam rangkaian menuju Konferensi antar-Pihak ke-13 UNFCCC di Bali pada Desember mendatang. "Ajang kompetisi ini bisa disebut dengan `Road to Bali`," demikian Rachmat Witoelar. Mengutip informasi yang disampaikan oleh pakar iklan RTS Masli, industri iklan di seluruh media massa di Indonesia menyerap uang sekitar Rp32 triliun per tahun.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007