Hylands Park (ANTARA News) - Sebanyak 13 anggota pramuka yang mengikuti jambore dunia guna memperingati 100 tahun gerakan kepanduan dunia di Hylands Park, Chemsford, Essex, tidak kembali ke negaranya. Ke-13 pramuka itu, sembilan orang berasal dari Bangladesh dan Uganda, tidak pernah sampai hingga acara selesai di bumi perkemahan Hylands Park, Chelmsford, sementara empat orang yang berasal dari Sri Langka dan Nigeria menghilang selama jambore dunia ke 21 digelar dalam 12 hari. Polisi Essex yang dikutip koran Inggris Daily Mail, Sabtu, menyebutkan bahwa tidak ada indikasi ke-13 pramuka itu berencana untuk menetap di Inggris secara ilegal. "Mereka terlalu kecil untuk melarikan diri dan bahkan diantaranya meninggalkan barang bawaan mereka di arena jambore," ujar jurubicara polisi Essex. Kemungkinan para pramuka itu tersasar saat berjalan di kota London, dan tidak bisa mengikuti acara yang diadakan di perkemahan. "Bisa juga mereka tidak ingin kembali ke negaranya," ujarnya. Menurut Polisi, para peserta jambore itu memiliki visa dan resmi datang ke Inggris, hanya saja mungkin mereka mencari kehidupan yang baru dan ingin tinggal di sini. Jambore dunia yang ditutup Rabu lalu dan diikuti sekitar 40 ribu orang itu digelar di Hylands Park yang tidak terlalu besar, dan tidak sulit untuk mencari jejak mereka yang hilang. Ke-13 pramuka yang tidak diketahui rimbanya itu terdiri atas lima putri dari Bangladesh yang seorang diantaranya berusia 12 tahun, dua orang berusia 15 tahun dan seorang 16 tahun serta 24 tahun. sedangkan dari Uganda masing masing dua putra dan dua putri berusia antara 16 dan 17. Dari Sri Lanka seorang remaja putra berusia 17 tahun dan dari Nigeria 16 tahun, sementara dua lainnya yang berusia 15 dan 17 tahun tidak diketahui asalnya. Simon Carter, jurubicara Assosiasi Pramuka Inggris, mengatakan empat pramuka itu menghilang selama jambore berlangsung, sedangkan sembilan lainnya tidak pernah sampai di bumi perkemahan Hylands Park. Kemungkinan mereka menghilang dalam perjalanan dari bandara ke lokasi kamping, ujarnya. "Saya tidak ingin berspekulasi kenapa, kami bekerja sama dengan pihak kepolisian, keselamatan mereka yang kami utamakan," ujar Simon Carter seperti dikutip Daily Mail. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007