Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah nelayan di Kepulauan Seribu yang menjadi "Ecoranger" menyampaikan keluhan mereka terkait sampah yang kerap menjadi penghambat saat mencari ikan di perairan Teluk Jakarta.
Baca juga: Pulau Seribu punya "ecoranger" tangani sampah laut
"Kalau saya yang sering alami itu ya saat cari ikan, sampahnya ikut masuk di jaring. Hasil tangkapan jadi kotor," tutur Yanto, salah seorang Ecoranger yang berasal dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jumat.
Selain itu, sampah yang bertebaran di perairan sekitar Kepulauan Seribu juga kerap menyebabkan baling-baling kapalnya macet akibat tersangkut sampah yang mengapung.
Situasi tersebut menyebabkan ia harus mengalami kerugian waktu dan juga tenaga untuk membuang sampah atau memperbaiki mesin kapal jika kerusakannya cukup parah, katanya menambahkan.
Baca juga: Pembuang sampah di laut akan dihukum
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji pun mengatakan persebaran sampah di laut juga bisa mengancam kesehatan ekologi, terutama dampak dari sampah plastik.
"Sampah plastik tidak terurai ratusan tahun, selama prosesnya ini berubah menjadi mikroplastik yang masuk ke laut dan dikonsumsi biota laut. Penggunaan plastik sudah sangat luas, jelas ini jadi masalah global," tutur Adji dengan tegas.
Menyikapi masalah ini, Pemprov DKI Jakarta pun menjalin kerja sama dengan sejumlah CSR yang memiliki persamaan tujuan dan komitmen dalam usaha menjaga lingkungan.
Baca juga: Kemenhub dukung pengurangan sampah di laut
Ecoranger merupakan konsep kerja sama antar pemda, pihak swasta, dan masyarakat dengan tujuan menanggulangi masalah sampah yang berada di perairan.
Dalam satu hari, DKI Jakarta menghasilkan sampah sekitar 7.000 ton, dan sekitar 1.900-2.400 ton di antaranya merupakan sampah plastik, dan yang ratusan ton di antaranya berada di sungai dan perairan.
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2018