Surabaya (ANTARA News) - Hasil otopsi tiga jenazah korban tewas ledakan dahsyat di Jalan Airlangga Gang Anggrek, Pasuruan (11/8) yang dilakukan di RS Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso Polda Jatim di Surabaya hingga Minggu malam pukul 20.00 WIB belum diketahui.
"Kami targetkan hasilnya sudah dapat diserahkan kepada keluarga pada Senin (13/8) pagi. Otopsi baru dimulai pukul 18.00 WIB, karena kami harus menunggu surat ijin dari keluarga," ujar dokter forensik RS Bhayangkara Polda Jatim dr AKBP Setyo Purwanto.
Namun, katanya, proses identifikasi sudah dilakukan sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB sudah selesai, kemudian proses otopsi dilakukan dengan persetujuan keluarga korban terlebih dulu.
"Hasil identifikasi, kami tidak menemukan serpihan di tubuh korban, karena itu kemungkinannya bukan bom, tapi bom ikan (bondet). Meski bondet, daya ledaknya memang cukup kuat, karena mengakibatkan tubuh korban terkoyak hancur," ungkapnya.
Tiga korban tewas ledakan dahsyat di Pasuruan adalah, Marsiti (60), --adik H Ilham selaku pemilik rumah yang meledak-- dan Yusuf (45) yang keduanya tewas di lokasi kejadian, sedangkan Mansur (23) --anak H Ilham-- meninggal di RS Saiful Anwar Malang pada Sabtu (11/8) tengah malam.
"Hasil otopsinya nanti Senin (13/8) saja, karena kami memang harus segera menyerahkan jenazah kepada keluarga korban setelah otopsi," ucap anggota tim forensik dari RS Bhayangkara Polda Jatim itu.
Menurut dia, kondisi Marsiti paling parah, karena tinggal kepalanya saja, sedangkan tubuhnya hancur, sementara kondisi Yusuf dan Mansur relatif utuh, karena tubuh dan kepalanya masih ada, namun sebagian tubuhnya tampak terbakar.
"Kami sendiri memulai identifikasi dan otopsi pada Minggu pukul 13.00 WIB, karena kami masih menunggu jenazah Mansur yang tewas di RS Saiful Anwar Malang, sedangkan jenazah Marsiti dan Yusuf sudah tiba di RS Bhayangkara pada Minggu dinihari," tuturnya.
Senada dengan itu, pakar forensik RSUD dr Soetomo Surabaya Prof dr Soekry Ervan Kusuma Sp.F yang juga anggota tim forensik korban ledakan Pasuruan menegaskan, identifikasi memang dilakukan terlebih dulu, kemudian baru dilakukan otopsi.
"Identifikasi dan otopsi dilakukan untuk mengetahui siapa sebenarnya korban tewas dan apa yang menyebabkannya tewas dalam kondisi hancur seperti itu," paparnya.
Hal yang sama juga diungkapkan anggota tim forensik lainnya dari RSUD dr Soetomo, Surabaya, dr Agus Al-Ghozy.
"Kalau melihat kondisi Marsiti yang hancur, Marsiti agaknya berada dalam posisi paling dekat dengan sumber ledakan, mungkin dia sedang mengangkat bahan peledak itu atau sedang memangkunya," katanya menduga.
Tentang pemicu ledakan, ia mengaku belum tahu, namun banyak analisa untuk itu, diantaranya Yusuf diduga sebagai orang yang memicu meledaknya bom, misalnya sedang merokok atau membawa bahan lainnya yang mudah terbakar.
Otopsi dan indentifikasi tersebut dilakukan tim forensik Polda Jatim yang didukung tim forensik RSUD dr Soetomo Surabaya yang dipimpin pakar forensik Prof Dr Soekry Ervan Kusuma SpF.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007