Jakarta (ANTARA News)- Kurs Rupiah terhadap dolar AS pada pekan depan diperkirakan akan berkisar antara Rp9.300 sampai Rp9.350 per dolar AS, setelah berkurangnya kekhawatiran terhadap pasar global menyusul pengaruh negatif pasar kredit perumahan di Amerika Serikat. "Berkurangnya kekhawatiran gejolak pasar global itu, setelah bank sentral AS (The Fed) menyatakan, pertumbuhan ekonomi global masih cukup baik," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta akhir pekan ini. Menurut dia, dengan membaiknya pasar global, The Fed untuk sementara masih mempertahankan suku bunganya yang mencapai 5,25 persen, meski diperkirakan pada tahun ini akan menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali. Dikatakannya dengan berkurangnya kekhawatiran itu tidak secara langsung memicu rupiah menguat kembali, meski pasar saham regional membaik yang dipicu bursa Wall Street. "Namun kenaikan rupiah tidak semudah seperti membalikkan tangan, yang biasanya melalui berbagai isu positif yang berasal dari eksternal maupun internal," katanya. Menurut dia, rupiah dari internal telah mendapat dukungan Bank Indonesia (BI) yang telah memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) pada 8,25 persen. Dengan stabilnya bunga BI Rate itu diharapkan para investor asing yang menginvestasikan dananya dalam jangka pendek akan kembali masuk ke pasar domestik, katanya. Rupiah, lanjut dia, memang berpeluang untuk kembali menguat, apabila regional membaik dan tidak bergejolak sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Apabila gejolak regional itu terjadi lagi, maka rupiah diperkirakan akan terus melemah hngga menembus level Rp9.500 per dolar AS. "Yang dikhawatirkan dampaknya adalah investor sudah tidak percaya lagi terhadap rupiah," tegasnya. Untuk itulah, menurut dia, otoritas moneter harus melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi antara lain mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate). BI Rate masih berpeluang untuk turun lebih lanjut sehingga pada akhir tahun ini akan bisa berada di bawah level 8 persen, meski saat ini masih bisa bertahan di level 8,25 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2007