Pekanbaru (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan semua data korban meninggal akibat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat adalah benar karena berdasarkan data lapangan.

"Perbedaan data korban selama masa tanggap darurat adalah hal biasa seperti saat gempa di Sumatera Barat 2009, letusan Gunung Merapi 2010, tsunami Mentawai 2010 dan bencana besar lain," kata Sutopo saat dihubungi dari Pekanbaru, Rabu.

Sutopo mengatakan kecepatan melaporkan kondisi penanganan bencana saat krisis diperlukan sehingga berbagai pihak yang terlibat menggunakan data sendiri yang mengakibatkan perbedaan satu sama lain.

Hal itu akhirnya membingungkan media dan masyarakat. Karena itu, koordinasi terkait data perlu ditingkatkan. Data dari masing-masing pihak harus dilaporkan ke Pos Pendamping Nasional (Pospenas) untuk diverifikasi dan keluar satu data.

"Penyamaan data korban dapat disepakati di Posko Utama Tanggap Darurat Bencana, begitu pula dalam gempa Lombok," katanya.

Sutopo mengatakan Pospenas melalui komandan satuan tugas dan wakilnya berencana mengundang kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk menyamakan data korban pada Kamis (9/8).

"BNPB akan mendampingi pemerintah daerah dalam pertemuan tersebut," ujarnya.

Menurut Sutopo, masing-masing pihak akan membawa data yang lebih rinci yaitu identitas korban termasuk nama, usia, gender dan alamat. Data akan dicek silang satu sama lain karena seringkali satu korban tercatat beberapa kali.?

Hal itu dapat terjadi karena korban disebut nama panggilannya sehari-hari, nama lengkap atau nama kecilnya sehingga terhitung tiga orang.

"Media dan masyarakat diminta tetap menggunakan data resmi dari BNPB dan BPBD Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya semua data mengacu pada Pospenas jika sudah ada kesepakatan bersama terkait data korban bencana," jelasnya.

Sebelumnya, beredar data yang berbeda terkait korban meninggal dunia akibat gempa Lombok. BNPB dan BPBD Nusa Tenggara Barat menyebut korban meninggal 131 orang, sementara TNI menyebut 381 orang, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan BPBD mendapat data 347 orang serta pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) 226 orang.


Baca juga: BPBD: korban meninggal di Lombok Utara 347 orang
Baca juga: Pengungsi di perbukitan Lombok Utara belum tersentuh bantuan

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018