Banyumas (ANTARA News) - Pagelaran wayang kulit sekarang ini kurang diminati oleh generasi muda sehingga perlu adanya inovasi dalam peralatan gamelan dan cara memainkannya. "Selama ini pagelaran wayang kulit dimainkan dengan cara duduk sehingga membuat penonton mengantuk," kata Seksi Budaya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banyumas, Edi Romadhon yang juga pemerhati budaya Banyumasan di Purwokerto, Jateng, Sabtu. Menurut dia, dalam pagelaran wayang kulit hanya ada bebunyian tanpa ada gerakan teatris sehingga tanpa menonton pun bisa dinikmati seperti mendengarkan sandiwara radio. Jika menonton, kata dia, yang dilihat hanyalah orang duduk memainkan gamelan, padahal generasi muda saat ini lebih menyukai musik yang atraktif. "Gamelan Jawa perlu adanya inovasi sehingga dapat ditenteng dan dimainkan dengan berjingkrak seperti yang disukai generasi muda saat ini," katanya. Ia mengatakan, inovasi bagi perangkat gamelan kemungkinan bisa dilakukan dengan membuat "gameltron" (gamelan elektronik) yang dapat dimainkan dengan berdiri sehingga bisa lebih atraktif. Disinggung adanya anggapan wayang Banyumasan kurang populer dalam masyarakat terutama generasi, dia mengatakan, hal itu berlaku umum pada semua pagelaran wayang. "Tidak hanya wayang Banyumasan, saat ini wayang kulit secara umum juga kurang disukai masyarakat, terutama generasi muda karena kurangnya inovasi dalam pagelarannya," katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas, Bambang Hartono mengatakan, saat ini inovasi sudah banyak dilakukan dalam pagelaran pewayangan. "Salah satunya adalah pagelaran wayang kulit yang biasanya berdurasi 12 jam, saat ini banyak dikemas menjadi satu jam sehingga mampu menarik minat generasi muda untuk menikmati," katanya. Menurut dia, inovasi juga banyak dilakukan oleh dalang Enthus Susmono dari Tegal dalam setiap pementasan wayang. Salah satu inovasi yang dimunculkan Enthus, kata dia, adalah tokoh Superman yang mengiringi Gatotkaca, meskipun pada akhirnya Gatotkaca yang menang dalam pertempuran.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007