Data sementara Puskesmas itu lebih dari sembilan yang tidak bisa maksimal memberikan pelayanan kesehatan karena rusaknya bangunan

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan mengupayakan untuk merekonstruksi sejumlah fasilitas kesehatan yang rusak akibat gempa di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat agar bisa digunakan kembali.

"Kami sedang mengupayakan rekontruksi fasilitas-fasilitas layanan kesehatan. Saya mendapatkan laporan rumah sakit yang tidak bisa maksimal fungsinya cukup banyak," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan fasilitas kesehatan yang rusak dan tidak bisa digunakan paling banyak di Kabupaten Lombok Utara.

"Lombok Utara terutama. Data sementara Puskesmas itu lebih dari sembilan yang tidak bisa maksimal memberikan pelayanan kesehatan karena rusaknya bangunan," kata Anung.

Namun Anung menjelaskan saat ini tim kesehatan masih fokus dalam penanganan darurat korban luka. "Yang sudah ditangani itu lebih banyak untuk luka-luka yang harus dilakukan tindakan secepatnya, termasuk pertama meminimalisir tetanus."

Baca juga: Keperluan korban gempa Lombok ditindaklanjuti
Baca juga: Tiga C-130 Hercules TNI AU angkut relawan dan logistik ke Pulau Lombok

Ia mengatakan petugas kesehatan mewaspadai pencegahan penyakit yang berpotensi menyerang korban luka dan masyarakat terdampak gempa.

Anung memaparkan penyakit yang dikhawatirkan menjangkit ialah tetanus karena terkait dengan luka korban. Selain itu penyakit lain yang terkait dengan menurunnya sarana air bersih seperti diare.

"Dampak rumah rusak, tinggal di tempat-tempat terbuka hubungannya dengan ISPA. Yang ketiga, karena suplai makanan tidak maksimal dampaknya pada penurunan status gizi masyarakat," jelas Anung.

Kemenkes juga mewaspadai penyakit menular seperti TBC yang sebelumnya diderita oleh masyarakat menjadi tidak terkontrol karena tidak mengonsumsi obat.

Anung mengatakan Kemenkes sudah mengerahkan tim kesehatan gabungan dari Kementerian Kesehatan pusat, rumah sakit di Bali, dan dokter dari sejumlah perguruan tinggi di Yogyakarta; Makasar; dan Jawa Timur.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018